BAB I
KONSEP DASAR SISTEM
1.1.
PENGERTIAN SISTEM
Definisi sistem
berkembang sesuai dengan konteks dimana pengertian sistem itu digunakan. Disini
akan diberikan beberapa definisi sistem secara umum:
1.
Kumpulan dari bagian-bagian
yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama. Contoh :
a.
Sistem tatasurya
b.
Sistem pencernaan
c.
Sistem Transportasi umum
d.
Sistem Otomotif
e.
Sistem Komputer
f.
Sistem Informasi
2.
Sekumpulan dari objek-objek
yang saling berelasi dan berinteraksi dan hubungan antar objek bisa dilihat sbg
1 kesatuan yang dirancang untuk mencapai 1 tujuan. Dengan demikian secara
sederhana sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari
unsur atau variable-variabel yang saling teroganisasi, saling berinteraksi dan
saling bergantung sama lain. Murdick dan Ross (1993) mendefinisikan
sistem sebagai seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan lainya untuk
suatu tujuan bersama. Sedangkan definisi sistem dalam kamus Webster’s
Unbriged adalah elemen-elemen yang saling berhubungan membentuksatu
kesatuan atau organisasi. Scott (1996) mengatakan sistem terdiri dari
unsur-unsur seperti masukan (input), pengolahan (processing),
serta keluaran (output). Ciri pokok sistem menurut Gapspert ada empat,
yaitu sistem itu beroperasi dalam suatu lingkungan, terdiri atas unsur-unsur,
ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan utama.

Gambar. 1.1 Model sistem
Gambar diatas menunjukan bahwa sistem atau
pendekatan sistem minimal harus mempunyai empat komponen, yakni masukan, pengolahan,
keluaran da, balikan atau control. Sementara Mc. Leod (1995) mendifinisikan
sistem sebagai sekelompok elemen-elemen yangterintegrasi dengan maksud yang
sama untuk mencapai suatu tujuan. Sumberdaya mengalir dari elemen output dan
untuk menjamin prosesnya berjalan dengan baik maka dihubungkan mekanisme
control. Untuk lebih jelasnya elemen sistem tersebut dapat digambarkan dengan
model sebagai berikut :

Gambar. 1.2. Model hubungan elemen-elemen sistem
Banyak ahli mengajukan konsep sistem dengan
deskripsi yang berbeda namun pada prinsipnya hamper sama dengan konsep dasar
sistem umumnya. Schronderberg (1971) dalam Suradinata (1996) secara
ringkas menjelaskan bahwa sistem adalah
a.
Komponen-komponen sistem saling
berhubungan satu sama lainya.
b.
Suatu keseluruhan tanpa
memisahkan komponen pembentukanya.
c.
Bersama-sama dalam mencapai
tujuan.
d.
Memiliki input dan output yang
dibutuhkan oleh system lainnya.
e.
Terdapat proses yang merubah
input menjadi output.
f.
Menunjukan adanya entropi
g.
terdapat aturan
h.
Terdapat subsistem yang lebih
kecil.
i.
terdapat deferensiasi antar
subsistem.
j.
Terdapat tujuan yang sama
meskipun mulainya berbeda.
1.2. KARAKTERISTIK SISTEM.
Untuk memahami
atau mengembangkan suatu sistem, maka perlu membedakan unsur-unsur dari sistem
yang membentuknya. Berikut ini karakteristik sistem yang dapat membedakan suatu
sistem dengan sistem lainnya.
a.
Batasan (boundary) :
Pengambaran dari suatu elemen atau unsur mana yang termasuk didalam sistem dan mana
yang diluar sistem.
b.
Lingkungan (environment) :
Segala sesuatu diluar sistem, lingkungan yang menyediakan asumsi, kendala dan input
terhadap suatu system
c.
Masukan (input) :
Sumberdaya (data, bahan baku, peralatan, energi) dari lingkungan yang
dikonsumsi dan dimanipulasi oleh suatu sistem.
d.
Keluaran (output) :
Sumber daya atau produk (informasi, laporan, dokumen, tampilan layer computer,
barang jadi) yang disediakan untuk lingkungan sistem oleh kegiatan dalam suatu
sistem.
e.
Komponen (component) :
Kegiatan-kegiatan atau proses dalam suatu sistem yang mentransformasikan input menjadi
bentuk setengah jadi (output). Komponen ini bisa merupakan subsistem
dari sebuah sistem.
f.
Penghubung (interface) :
Tempat dimana komponen atau sistem dan lingkungannya bertemu atau berinteraksi.
g.
Penyimpanan (storage) :
Area yang dikuasai dan digunakan untuk penyimpanan sementara dan tetap dari
informasi, energi, bahan baku dan sebagainya. Penyimpanan merupakan suatu media
penyangga diantara komponen tersebut bekerja dengan berbagai tingkatan yang ada
dan memungkinkan komponen yang berbeda dari berbagai data yang sama.
1.3.
PENGERTIAN SUBSISTEM
Suatu sistem
yang kompleks biasanya tersusun atas beberapa subsistem. Subsistem bisa
dijelaskan sebagai sebuah system dalam sistem yang lebih besar. Sebagai contoh
:
Automobile adalah
sistem yang terdiri dari beberapa subsistem:
a.
Sistem mesin
b.
Sistem Body
c.
Sistem Roda
·
Setiap sub sistem bisa terdiri
dari beberapa sub-sub Systems.
Sistem mesin: sistem karburator, system generator,
sistem bahan bakar dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada bagan
berikut ini:

Gambar
1.3 Gambaran
subsistem dalam sistem
1.4.
Sistem Yang Buruk
Untuk
menghindari pengembangan suatu sistem yang buruk maka perlu diketahui beberapa
ciri-ciri dari sistem yang buruk:
a.
Tidak memenuhi kebutuhan user
b.
Performance buruk
c.
Reliabilitas rendah
d.
Kegunaan rendah
e.
Contoh-contoh kesulitan:
1.
Tidak terjadwal
2.
Tidak ada rencana anggaran
3.
Bisa jalan = 100% over budget
atau jadwal
1.5
Beberapa Konsep sistem yang penting
Untuk lebih
mudah memahami pengertian sistem dan system informasi lebih jauh maka perlu diingat
beberapa konsep yang penting dalam pengembangan sistem yaitu :
Decomposition
1.
Proses pembagian sistem ke
dalam komponen-komponen yang lebih kecil.
2.
Memungkinkan sistem analis
untuk:
a.
Memecah sistem menjadi
bagian-bagian (sub sistem ) yang lebih kecil sehingga mudah di-manage.
b.
Fokus pada 1 area pada 1 waktu
3.
Bisa membangun
komponen-komponen secara parallel
·
Modularity
1.
Proses membagi sistem menjadi
modul-modul yang relatif sama ukurannya.
2.
Modul menyederhanakan desain
sistem
·
Coupling
Subsystems yang saling
bergantung 1 sama lain di-couple (dipasangkan)
·
Cohesion
Diperluas ke sub-sub sistem yang berdiri sendiri
1.6
Pengertian Sistem Informasi
Informasi adalah data yang telah diolah
menjadi sebuah bentuk yangh berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil
keputusan saat ini atau mendatang (Davis, 1995). Mc Leod
(1995) mengatakan bahwa informasi adalah data yang telah diproses, atau
data yang memiliki arti. Akhirnya Sistem Informasi Manajemen (SIM) dapat didefinisikan
sebagai suatu alat untuk menyajikan informasi dengan cara sedemikian rupa
sehingga bermanfaat bagi penerimanya (Kertahadi, 1995). Tujuannya adalah
untukmenyajikan informasi guna pengambilan keputusan pada perencanaan,
pemrakarsaan, pengorganisasian, pengendalian kegiatan operasi subsistem suatu
perusahaan dan menyajikan sinergi organisasi pada proses (Murdick dan Ross,
1993). Dengan demikian, sistem informasi berdasarkan konsep (input, processing,
output – IPO) dapat dilihat pada gambar berikut :
![]() |
Gambar. 1.4. Konsep Sistem Informasi.
1.6.1.
Komponen Sistem Informasi
Stair (1992) menjelaskan bahwa sistem informasi berbasis komputer (CBIS) dalam suatu
organisasi terdiri dari komponen-komponen berikut :
1.
Hardware, yaitu perangkat keras komponen untuk melengkapi kegiatan memasukan
data, memproses data dan keluaran data.
2.
Software, yaitu program dan instruksi yang diberikan kekomputer.
3.
Database, yaitu kumpulan data dan informasi yang diorganisasikan sedemikian
rupa sehingga mudah diakses pengguna sistem informasi.
4.
Telekomunikasi, yaitu komunikasi yang menghubungkan antara pengguna sistem dengan sistem
komputer secara bersama-sama kedalam suatu jaringan kerja yang efektif.
5.
Manusia, yaitu personil dari sistem informasi,meliputi manajer, analis,
programmer, operator dan bertanggungjawab terhadap perawatan sistem.
Prosedur, yakni tata cara yang meliputi
strategi, kebijakan, metode dan peraturan-peraturan dalam menggunakan system informasi
berbasis komputer.
Pendapat Burch dan Grudnistki (1986), sistem
informasi terdiri dari komponen-komponen diatas disebutnya dengan istilah blok
bangunan (building block), yaitu blok masukan (input block),
blok model (model block), blok mkeluaran (output block), blok
teknologi (technology block) dan blok kendali (control block). Sebagai
suatu sistem, keenam blok tersebut masing-masing saling berinteraksi satu
dengan yang lainnya membentuk satukesatuan untuk mencapai sasarannya.
1.
Blok Masukan. Input mewakili data yang masuk kedalam sistem informasi. Input
disini termasuk metode-metode dan media untuk menangkap data yang akan
dimasukan yang dapat berupa dokumendokumen dasar.
2.
Blok Model. Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model
matematika yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis
data dengan cara tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
3.
Blok Keluaran. Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan
informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkat
manajemen serta semua pemakai sistem.
4.
Blok Teknologi. Tenlogi merupakan kotakalat (toolbox) dalam sistem informasi.
Teknlogi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses
data, menghasilkan sekaligus mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian
dari sistem secara keseluruhan.
5.
Blok Basis Data. Basis Data (Data Base) merupakan kumpulan dari data yang saling
berhubungan satu dengan lainnya, tersimpan diperangkat keras komputer dan
digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya.
6.
Blok Kendali. Pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa
hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi
kesalahan-kesalahan dapat langsung cepat diatasi.
Sedangkan menurut pendapat Davis (1995) sistem
informasi maajemen terdiri dari elemen-elemen berikut :
1.
Perangkat keras komputer (hardware).
2.
Perangkat Lunak (software),
yang terdiri dari perangkat lunak sistem umum, perangkat lunak terapan, program
aplikasi.
3.
Database.
4.
Prosedur.
5.
Petugas pengoperasian.
1.6.2
Computer Based Information System
Istilah Computer Based Information Sistem
(CBIS), sebenarnya mengacu kepada sistem informasi yang dikembangkan berbasis teknologi
komputer.
Computer-based
Information System = Hardware + Software + People + Procedures + Information
Dalam modul ini, CBIS selanjutnya akan
disebut sebagai system informasi saja.
1.7
Tipe-tipe sistem informasi
CBIS biasanya dibedakan menjadi beberapa
tipe aplikasi, yaitu :
1.
Transaction Processing Systems
(TPS).
2.
Management Information Systems
(MIS).
3.
Decision Support Systems (DSS).
4.
Expert System and Artificial
Intelligence (ES & AI).
1.7.1
Transaction Processing System
TPS adalah sistem informasi
terkomputerisasi yang dikembangkan untuk memproses sejumlah besar data untuk transaksi
bisnis rutin.
1.
Mengotomasi penanganan
data-data aktifitas bisnis dan transaksi. Yang bisa dianggap sebagai kejadian
diskrit dalam kehidupan organisasi.
2.
Data setiap transaksi ditangkap.
3.
Transaksi di verifikasi untuk
diterima atau ditolak.
4.
Transaksi yang telah di
validasi disimpan untuk pengumpulan data berikutnya.
5.
Laporan bisa dihasilkan untuk
menyediakan rangkuman dari setiap transaksi.
6.
Transaksi bisa dipindah dari 1
proses ke proses yang lainnya untuk menangani seluruh aspek bisnis.
1.7.2
Management Information System
Management Information System (MIS) atau
Sistem informasi Manajemen adalah sebuah sistem informasi pada level manajemen
yang berfungsi untuk membantu perencanaan, pengendalian dan pengambilan
keputusan dengan menyediakan resume rutin dan laporan-laporan tertentu. SIM mengambil
data mentah dari TPS dan mengubahnya menjadi kumpulan data yang lebih berarti
yang dibutuhkan manager untuk menjalankan tanggung jawabnya. Untuk mengembangkan
suatu SIM diperlukan pemahaman yang baik tentang informasi apa saja yang
dibutuhkan manajer dan bagaimana mereka menggunakan informasi tersebut.
1.7.3
Decision Support System
Sistem informasi pada level manajemen dari
suatu organisasi yang mengkombinasikan data dan model analisa canggih atau peralatan
data analisis untuk mendukung pengambilan yang semi terstruktur dan tidak
terstruktur. DSS dirancang untuk membantu pengambilan keputusan organisasional.
DSS biasanya tersusun atas :
1.
Basis Data (bisa diekstraksi
dari TPS/MIS).
2.
Model grafis atau Matematis
yang digunakan untuk proses bisnis.
3.
Use interface yang digunakan
oleh user untuk berkomunikasi dengan DSS.
1.7.4
Expert System
Representasi pengetahuan yang menggambarkan
cara seorang ahli dalam mendekati suatu masalah. ES lebih berpusat pada bagaimana
mengkodekan dan memanipulasi pengetahuan daripada informasi (misalnya aturan
if…then). B iasanya ES bekerja sebagai berikut:
1.
User berkomunikasi dengan
sistem menggunakan interaktif dialog.
2.
ES menanyakan pertanyaan (yang
akan ditanyakan seorang pakar), dan pengguna memberikan jawaban.
3.
Jawaban digunakan untuk
menentukan aturan mana yang dipakai, dan ES sistem menyediakan rekomendasi berdasarkan
aturan yang telah disimpan.
4.
Seorang knowledge enginer
bertanggung jawab pada bagaimana melakukan akuisisi pengetahuan, sama seperti seorang
analis tetapi dilatih untuk menggunakan teknik yang berbeda.
BAB 2
Stake Holder dalam Sistem Informasi
2.1
Stake Holder
Stake Holder adalah orang yang memiliki kepentingan
tertentu pada suatu kegiatan bisnis. Di dalam pengembangan sebuah sistem
informasi stake holder dapat dibedakan menjadi:
1.
Manager SI.
2.
System analyst pada
pengembangan system.
3.
Programmer dalam pengembangan system.
4.
End user dalam pengembangan system.
5.
Supporting end user.
6.
Business manager.
7.
Teknisi SI lainnya.
2.1.1
Manager SI
Manager dalam departemen Sistem informasi
memiliki peranan secara langsung dalam proses pengembangan sistem jika organisasi
yang ditanganinya berskala kecil. Manager SI berperan dalam mengalokasikan dan
mengawasi proyek pengembangan sistem daripada terlibat langsung dalam proses pengembangan
sistem. Ada beberapa manager SI pada departemen SI yang berskala besar:
1.
Manager untuk keseluruhan
departemen SI biasa disebut sebagai Chief Information Officer dan berada
dibawah president atau direktur perusahaan.
2.
Setiap divisi dalam departemen
SI juga memiliki seorang manager misalnya manager pengembangan SI, Manager operasi
,manager programmer SI dan lain-lain.
2.1.2
Systems Analysts
Sistem analis merupakan individu kunci
dalam proses pengembangan sistem. Sistem analis mempelajari masalah dan kebutuhan
dari organisasi untuk menentukan bagaimana orang, data, proses, komunikasi dan
teknologi informasi dapat meningkatkan pencapaian bisnis. Seorang sistem analis
juga merupakan orang yang paling bertanggung jawab pada proses analisa dan
perancangan sistem informasi. Seorang sistem analis yang sukses harus memiliki
beberapa skill.
Keahlian
analisa
1.
Memahami organisasi.
2.
Keahlian memecahkan masalah.
3.
Pemahaman sistem, untuk melihat
organisasi dan system infromasi sebagai sebuah sistem.
Keahlian
teknis
·
Memahami potensi dan limitasi
dari suatu teknologi
Keahlian
Managerial
·
Kemampuan untuk mengatur
proyek, sumber daya resiko dan perubahan.
Interpersonal
skills
1.
Kemampuan untuk berkomunikasi
secara aktif baik tertulis maupun lisan
2.
Sangat membantu untuk
komunikasi dengan end user, sistem analis maupun programmer
Adapun tanggung jawab dari seorang sistem
analis meliputi :
1.
Pengambilan data yang efektif
dari sumber bisnis.
2.
Aliran data menuju ke computer.
3.
Pemrosesan dan penyimpanan data
dengan computer.
4.
Aliran dari informasi yang
berguna kembali ke proses bisnis dan penggunanya.

Gambar
2.1 Posisi
sistem analis di antara stack holder yang lain
2.1.3
Programmer
Programmer mengubah Spesifikasi yang
diberikan oleh system analis ke dalam instruksi yang bisa dijalankan oleh
komputer. Langkah mngubah ke dalam kode yang bisa dijalankan komputer ini
disebut coding. Code generator telah dikembangkan untuk menghasilkan kode dari
spesifikasi yang telah dibuat, menghemat waktu dan biaya. Tujuan dari penggunaan
CASE (Computer Aided Software Engineering) adalah untuk menyediakan beberapa
code generator yang secara otomatis menghasilkan 90% atau lebih dari
spesifikasi sistem normal yang diberikan oleh programmer secara normal.
2.1.4
Business manager
Kelompok lain dalam pengembangan sistem
adalah manajer bisnis misalnya kepala bagian atau kepala departemen atau eksekutif
perusahaan. Manajer-manajer ini penting karena mereka memiliki kekuatan
pendanaan pengembangan system dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan
untuk keberhasilan proyek.
2.1.5
Teknisi lainnya
Masih banyak lagi teknisi lain yang
terlibat dalam pengembangan sistem diantaranya:
1.
Database administrator.
2.
Ahli network dan telekomunikasi.
BAB 3
ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1
Pengertian Analisa dan Perancangan Sistem
Analisa sistem didefinisikan sebagai
bagaimana memahami dan menspesifikasi dengan detail apa yang harus dilakukan
oleh sistem. Sedangkan sistem desain diartikan sebagai menjelaskan dengan
detail bagaimana bagian-bagian dari sistem informasi diimplementasikan.
Sehingga Analisa dan desain system informasi (ANSI) bisa didefinisikan sebagai:
Proses organisasional kompleks dimana sistem informasi berbasis komputer
diimplementasikan. Sehingga bisa diringkas sebagai berikut:
Analysis:
mendefinisikan masalah
–
From requirements to specification
Design:
memecahkan masalah
–From
specification to implementation
Kenapa tahapan-tahapan ini penting?
1.
Kesuksesan suatu sistem
informasi tergantung pada analisa dan perancangan yang baik.
2.
ANSI telah digunakan secara
luas di berbagai industry (teknologi yang telah teruji).
3.
Bagian dari karir dalam dunia
IT, menawarkan banyak kesenangan dan tantangan serta gaji yang tidak rendah.
4.
Kenaikan permintaan akan
keahlian sistem analis.
Secara singkat berdasarkan pendekatan ANSI,
seorang system analios adalah orang yang bertugas:
1.
Bagaimana membangun sistem
informasi.
2.
Bagaimana menganalisa kebutuhan
dari system informasi.
3.
Bagaimana merancang sebuah
Sistem Informasi berbasis computer.
4.
Bagaimana memecahkan masalah
dalam organisasi melalui sistem informasi.
3.2
Metodologi pengembangan Sistem
Proses-proses standard yang digunakan untuk
membangun suatu sistem informasi meliputi langkah-langkah berikut ini:
1.
Analisa.
2.
Desain.
3.
Implementasi.
4.
Maintenance.
Pada perkembangannya, proses-propses
standar tadi dituangkan dalam satu metode yang dikenal dengan nama Systems
Development Life Cycle (SDLC) yang merupakan metodologi umum dalam pengembangan
sistem yang menandai kemajuan dari usaha analisa dan desain. SDLC meliputi
fase-fase sebagai berikut:
1.
Identifikasi dan seleksi proyek.
2.
Inisiasi dan perencanaan proyek.
3.
Analisa.
4.
Desain.
a.
Desain logical.
b.
Desain Fisikal.
5.
Implementasi.
6.
Maintenance.
3.2.1
Identifikasi dan seleksi proyek
Langkah pertama dalam SDLC keseluruhan
informasi yang dibutuhkan oleh sistem diidentifikasi, dianalisa, diprioritaskan
dan disusun ulang. Dalam langkah ini dilakukan beberapa hal diantaranya:
1.
Mengidentifikasi proyek-proyek
yang potensial.
2.
Melakukan klasifikasi dan
me-rangking proyek.
3.
Memilih proyek untuk
dikembangkan.
Adapun sumber daya yang terlibat adalah
user, sistem analis, manager yang mengkoordinasi proyek Aktivitas yang
dilakukan meliputi: mewawancarai manajemen user, merangkum pengetahuan yang
didapatkan, dan mengestimasi cakupan proyek dan mendokumentasikan hasilnya Output:
Laporan kelayakan berisi definisi masalah dan rangkuman tujuan yang ingin dicapai.
3.2.2
Inisiasi dan perencanaan proyek
Dalam tahapan ini Proyek SI yang potensial
dijelaskan dan argumentasi untuk melanjutkan proyek dikemukakan. Rencana kerja
yang matang juga disusun untuk menjalankan tahapan-tahapan lainnya. Hasil dari
tahapan ini adalah : Langkah-langkah detail-rencana kerja-high level system requirement-penugasan
untuk anggota tim.
3.2.3
Tahapan Analisa
Fase ketiga dalam SDLC dimana sistem yang
sedang berjalan dipelajari dan sistem pengganti diusulkan. Dalam tahapan ini dideskripsikan
sistem yang sedang berjalan, masalah dan
kesempatan didefinisikan, dan rekomendasi
umum untuk bagaimana memperbaiki, meningkatkan atau mengganti system yang
sedang berjalan diusulkan. Tujuan utama dari fase analisis adalah untuk
memahami dan mendokumentasikan kebutuhan bisnis (business need) dan persyaratan
proses dari sistem baru. Ada 6 aktifitas utama dalam fase ini:
1.
Pengumpulan informasi.
2.
Mendefinisikan sistem
requirement.
3.
Membangun prototype untuk
menemukan requirement.
4.
Memprioritaskan requitement.
5.
Menyusun dan mengevaluasi alternative.
6.
Mereview requiremen dengan
pihak manajemen.
3.2.4
Tahapan Desain
Pada tahapan ini deskripsi dari requirement
yang telah direkomendasikan diubah ke dalam spesifikasi sistem physical dan
logical.
Logical
Design
Bagian dari fase desain dalam SDLC dimana
semua fitur-fitur fungsional dari sistem dipilih dari tahapan analisis dideskripsikan
terpisah dari platform komputer yang nanti digunakan. Hasil dari tahapan ini
adalah :
1.
Deskripsi fungsional mengenai
data dan proses yang ada dalam sistem baru.
2.
Deskripsi yang detail dari
spesifikasi sistem meliputi:
a.
Input.
b.
Output.
c.
Process.
Physical
design
Pada bagian ini spesifikasi logical diubah
ke dalam detail teknologi dimana pemrograman dan pengembangan sistem bias diselesaikan.
Adapun output dari sistem ini adalah :
1.
Deskripsi teknikal.
2.
Deskripsi yang detail dari
spesifikasi sistem meliputi:
a.
programs,
b.
files,
c.
network,
d.
system software.
Pada tahapan desain ada beberapa aktifitas
utama yang dilakukan yaitu:
1.
Merancang dan mengintegrasikan
network.
2.
Merancang Arsitektur aplikasi.
3.
Mendesain user interface.
4.
Mendesain sistem interface.
5.
Mendesain dan mengintegrasikan
database.
6.
Memnuat prototype untuk detail
dari desain.
7.
Mendesain dan mengintegrasikan
kendali sistem.
3.2.5
Implementasi
Tahapan kelima pada SDLC, dimana pada
tahapan ini dilakukan beberapa hal yaitu:
1.
Coding.
2.
Testing.
3.
Insalasi.
Output dari tahapan ini adalah : source
code, prosedur pelatihan.
3.2.6
Maintances
Langkah terakhir dari SDLC dimana pada
tahapan ini system secara sistematis diperbaiki dan ditingkatkan. Hasil dari tahapan
ini adalah Versi baru dari software yang telah dibuat.
3.3
Kelemahan dari SDLC tradisional
Terlalu mahal (biaya dan waktu) ketika
terjadi perubahan ketika sistem sudah dikembangkan.
1.
SDLC merupakan metode dengan
pendekatan terstruktur yang mensyaratkan mengikuti semua langkah yang ada.
2.
Biaya maintenace cukup besar.
BAB 4
PENDEKATAN-PENDEKATAN PENGEMBANGAN SISTEM
Disamping metode tradisional SDLC, ada
beberapa metode yang dikembangkan untuk melengkapi kelemahan-kelemahan yang ada
dalam metode SDLC. Metode-metode itu antara lain :
1.
Structured analysis and
structured design.
2.
Object oriented analysis and
design.
3.
Prototyping.
4.
Joint Application Design (JAD).
5.
Participatory design.
4.1
Structured analysis dan structured design
Pendekatan ini
lebih berfokus pada bagaimana mereduksi waktu dan maintenace dalam pengembangan
sistem. Pendekatan ini juga langsumng memngintegrasikan perubahan
jika diperlukan.
4. 2
Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Pendekatan baru
untuk pengembangan sistem, sering disebut sebagai pendekatan ketiga setelah
pendekatan yang berorientasi data dan berorientasi proses. OOAD adalah metode pengembangan
sistem yang lebih menekankan pada objek dibandingkan dengan data atau proses.
Ada beberapa ciri khas dari pendekatan ini yaitu object, Inheritance dan object
class Object adalah struktur yang mengenkapsulasi atribut dan metode yang
beroperasi berdasarkan atribut-atribut tadi. Objek adalah abstraksi dari benda
nyata dimana data dan proses diletakkan bersama untuk memodelkan struktur dan
perilaku dari objek dunia nyata. Object class adalah sekumpulan objek yang
berbagi struktur yang sama dan perilaku yang sama. Inheritance. Properti yang
muncul ketika tipe entitas atau object class disusun secara hirarki dan setiap
tipe entitas atau object class menerima atau mewarisi atribut dan metode dari pendahulunya.
4.3.
Prototyping
Prototyping
adalah proses iterative dalam pengembangan sistem dimana requirement diubah ke
dalam sistem yang bekerja (working system) yang secara terus menerus diperbaiki
melalui kerjasama antara user dan analis. Prototype juga bias dibangun melalui
beberapa tool pengembangan untuk menyederhanakan proses. Prototyping merupakan
bentuk dari Rapid Application Development (RAD). Beberapa kerugian RAD:
1.
RAD mungkin mengesampingkan
prinsip-prinsip rekayasa perangkat lunak.
2.
Menghasilkan inkonsistensi pada
modul-modul sistem.
3.
Tidak cocok dengan standar.
4.
Kekurangan prinsip reusability
komponen.
Prototype
methodology
1.
Analis bekerja dengan tim untuk
mengidentifikasi requirement awal untuk sistem.
2.
Analis kemudian membangun
prototype. Ketika sebuah prototype telah selesai. User bekerja dengan prototype
itu dan menyampaikan pada analis apa yang mereka sukai dan yang tidak mereka
sukai.
3.
Analis kemudian menggunakan
feedback ini untuk memperbaiki prototype.
4.
Versi baru diberikan kembali ke
user.
5.
Ulangi langkah-langkah tersebut
sampai user merasa puas.
Keuntungan
prototype
1.
Prototype melibatkan user dalam
analisa dan desain.
2.
Punya kemampuan menangkap
requirement secara konkret daripada secara abstrak.
3.
Untuk digunakan secara
standalone.
4.
Digunakan untuk memperluas SDLC.
4.4
Joint Application Design (JAD)
Pada akhir 1970
an personil pengembangan sistem di IBM mengembangan proses baru untuk
mengumpulkan requiremen SI dan mereview desain dengan nama JAD. JAD adalah
proses terstruktur dimana user, manager dan analis bekerja bersamasama selama
beberapa hari dalam 1 pertemuan bersama untuk mengumpulkan requiremen sistem
yang akan dibangun.
4.5
Participatory design
End user
dilibatkan dalam pengembangan sistem dalam satu meja untuk persetujuan tentang
sistem requirement dan system desain. Pada perkembangannya desain sistem banyak
disupport oleh pengggunaan software dan teknologi baru. Analisis mengandalkan
tool dengan tujuan :
1.
Meningkatkan produktifitas.
2.
Berkomunikasi lebih efektif
dengan user.
3.
Mengintegrasikan pekerjaan yang
telah dilaksanakan dari awal pengembangan sampai akhir.
Contoh-contoh tool yang digunakan adalah :
1.
Computer-Aided Systems
Engineering (CASE -tools).
2.
Application Development
Environments (ADE -tools).
3.
Process and Project Managers.
4.6
meningkatkan produktifitas pengembangan Sistem Informasi
Teknologi
komputer dapat digunakan untuk meningkatkan produktifitas. CASE tool sebagai
contoh, menyediakan lebih banyak produktifitas untuk meningkatkan kemampuan
seperti pengembangan kode, tool diagramming dan pendesainan layar dan laporan.
Computer-Aided
Systems Engineering: CASE tools
Case adalah
software yang digunakan untuk mengotomasi atau mendukung penggambaran dan
analisa dari model sistem dan menyediakan translasi dari model sisytem ke
sistem aplikasi. Berikut ini gambaran arsitektur CASE
![]() |




Gambar 4.1 arsitektur CASE Tool
BAB 5
ANALISA SISTEM
5.1
Definisi Analisis Sistem
Analisis sistem
adalah sebuah istilah yang secara kolektif mendeskripsikan fase-fase awal
pengembangan sistem. Analisis sistem adalah teknik pemecahan masalah yang
menguraikan bagian-bagian komponen dengan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian
komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk mencapai tujuan mereka.
5.2
Definisi Desain Sistem
Sebuah teknik pemecahan masalah yang saling
melengkapi (dengan analisa sistem) yang merangkai kembali bagian-bagian komponen
menjadi sistem yang lengkap-harapannya, sebuah
sistem yang diperbaiki. Hal ini
melibatkanpenambahan, penghapusan, dan perubahan-perubahan bagian relatif pada sistem
awal (aslinya).
5.3
Analisa sistem informasi
Fase-fase pengembangan dalam pembangunan
sistem informasi yang utamanya difokuskan pada masalah dan
persyaratanpersyaratan bisnis, terpisah dari teknologi apapun yang dapat
atau akan digunakan untuk
mengimplementasikan solusi pada masalah tersebut.
5.4
Pendekatan-pendekatan analisis model Driven
Model Driven adalah analisis yang
menggunakan gambar untuk mengkombinasikan masalah-masalah,
persyaratan-persyaratan, dan solusi-solusi bisnis. Contoh model yang sering
dipakai adalah flowchart dan DFD. Contoh dari analisis dengan pendekatan model
driven adalah :
1.
Analisis terstruktur.
2.
Rekayasa informasi.
3.
Analisa berorientasi objek.
5.4.1
Analisis Terstruktur
Dulu adalah salah satu pendekatan formal
pertama untuk analisis sistem informasi. Analisis ini terfokus pada aliran data
dan proses bisnis dan perangkat lunak. Analisis ini disebut proses oriented.
Analisis terstruktur sederhana dalam konsep. Para analis menggambarkan
serangkaian proses dalam bentuk diagram alir data (Data flow diagram) yang
menggambarkan proses yang ada atau yang diusulkan bersama-sama dengan input,
output dan file mereka.
5.4.2
Rekayasa informasi dan pemodelan data
Rekayasa informasi dulu terfokus pada
struktur data yang tersimpan pada sebuah sistem. Jadi dikatakan data centered. Model-model
data dalam rekayasa informasi disebut entity relationship. Untuk lebih jelasnya
akan dibahas pada modul berikutnya. Rekayasa informasi dikatakan berpusat pada
data karena menekankan pada pembelajaran dan analisa persyaratan data sebelum
persyaratan-persyaratan proses. Hal ini didasarkan pada tingkat kepercayaan
bahwa data dan pengetahuan adalah sumber daya perusahaan yang harus direncanakan
dan dipelihara. Akibatnya analis menggambarkan model data mentah ke dalam
hubungan entitas, baru kemudian membuat diagram alir data yang menjelaskan
proses-proses yang terjadi. Rekayasa informasi sebenarnya berusaha mensinkronkan
pemodelan data dengan pemodelan proses. Perbedaannya hanya pada analisis
terstruktur digambarkan pemodelan proses terlebih dahulu, baru pemodelan data.
5.4.3
Analisa berorientasi objek
Selama 30 tahun, kebanyakan pendekatan
pengembangan sistem telah memisahkan pengetahuan(data) dari proses. Teknik
objek muncul untuk memisahkan menghilangkan pemisahan data dan proses ini.
Sebaliknya data dan proses spesifik yang membuat, membaca, memperbarui atau menghapus
data itu diintegrasikan ke dalam konstruksi yang disebut data atau objek. Satu
satunya cara untuk membuat, membaca, memperbarui atau menghapus data adalah
dengan cara proses perlekatan (embeded) yang disebut metode. OOA adalah teknik
yang model driven yang mengintegrasikan data dan proses yang disebut objek.
Model OOA adalah gambargambar yang mengilustrasikan objek-objek sistem dari
berbagai perspektif, seperti struktur, perilaku dan interasi antar objek. Contoh
yang paling terkenal adalah UML (Unified Modelling Language).
5.5
Arti penting tahapan Analisis
Banyak sistem informasi bagus yang akhirnya
ditinggalkan user karena sistem analis tidak punya pengertian yang benar
tentang organisasi. Tujuan dari analisa sistem adalah menghindari
kondisi ini, dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.
Siapa yang akan menggunakan
sistem?
2.
Sistem yang dikembangkan akan
seperti apa?
3.
Apa yang bisa dikerjakan
sistem?
4.
Kapan sistem akan digunakan?
BAB 6
ANALISA SISTEM
(BAGIAN 2)
6.1
Pendefinisian masalah
Pada tahapan analisis sistem , analis
mempunyai tugas mendefinisikan masalah sistem, melakukan studi kelayakan dan menganalisis
kebutuhan sistem yang akan dikembangkan. Terdapat 3 pertanyaan kunci yang harus
dijawab, yaitu :
1.
Apa masalah yang harus
diselesaikan dengan system informasi?
2.
Apa penyebab masalah tersebut?
3.
Siapa pemakai akhir dari
sistem?
Masalah yang dipelajari analis sistem
adalah masalah yang dihadapi pemakai. Dengan mempelajari masalah ini, maka analis
bekerjasama dengan pemakai untuk mendapatkan permasalahan secara kasar.
Langkah-langkah yang harus dijalankan adalah:
1.
Mendefinisikan batasan dan
sasaran
2.
Mendefinisikan masalah yang
dihadapi pemakai
3.
Mengidentifikasi penyebab
masalah dan titik keputusan
4.
Mengidentifikasi pemakai akhir
5.
Memilih prioritas penanganan
masalah
6.
Memperkirakan biaya dan manfaat
secara kasar
7.
Membuat laporan hasil
pendefinisian masalah
6.2
Sasaran dan batasan sistem informasi
Sasaran sistem informasi adalah peningkatan
kinerja, peningkatan efektifitas informasi, penurunan biaya, peningkatan
keamanan aplikasi, peningkatan efisiensi dan peningkatan pelayanan pada
pelanggan. Penyimpangan dari ke enam sasaran inilah yang menimbulkan masalah
pada system informasi. Batasan sistem adalah lingkungan yang membatasi aplikasi,
misalnya peraturan-peraturan siapa yang boleh menggunakan sistem, dan siapa
yang tidak boleh.
Masalah dalam sistem informasi adalah
kondisi atau situasi yang menyimpang dari sasaran sistem informasi, bahkan menyimpang
dari sasaran organisasi atau perusahaan, misalnya kinerja mengalami penurunan,
informasi tidak efektif , system informasi tidak aman . Biasanya masalah
dinyatakan dalam pertanyaan misalnya:
1.
Apakah sistem informasi ini
dapat meningkatkan kinerja
2.
Apakah sistem informasi dapat
menurunkan biaya
3.
Apakah sistem informasi bisa
meningkatkan keamanan
4.
Apakah sistem informasi bisa
menurunkan pemborosan
5.
Apakah sistem informasi bisa
meningkatkan penjualan
6.
Apakah sistem informasi bisa
meningkatkan pelayanan
6.3
ANALISIS PIECES
Untuk mengidentifikasi masalah, maka harus
dilakukan analisis terhadap kinerja, informasi, ekonomi, keamanan aplikasi, efisiensi
dan pelayanan pelanggan. Panduan ini dikenal dengan PIECES analysis
(performance, Information, economy, Control, eficiency dan Services). Dari
analisis ini biasanya didapatkan beberapa masalah utama. Hal ini penting karena
biasanya yang muncul dipermukaan bukan masalah utama, tetapi hanya gejala dari
masalah utama saja.
A.
Analisis Kinerja
Masalah kinerja terjadi ketika tugas-tugas
bisnis dijalankan dan tidak mencapai sasaran. Kinerja diukur dengan jumlah
produksi dan waktu tanggap. Jumlah produksi adalah jumlah pekerjaan yang bisa
diselesaikan selama jangka waktu tertentu. Bagian pemasaran kinerjanya diukur
berdasarkan volume pekerjaan atau pangsa pasar yang diraih atau citra
perusahaan. Waktu tanggap adalah keterlambatan rata-rata antara suatu transaksi
dengan tanggapan yang diberikan kepada transaksi tersebut.
B. Analisis
Informasi
Informasi merupakan komoditas krusial bagi
pemakai akhir. Kemampuan sistem informasi dalam menghasilkan informasi yang
bermanfaat dapat dievaluasi untuk menangani masalah dan peluang untuk mengatasi
masalah tersebut. Dalam hal ini meningkatkan kualitas informasi tidak dengan
menambah jumlah informasi, karena terlalu banyak informasi juga menghasilkan
masalah baru. Situasi yang membutuhkan peningkatan informasi meliputi:
1.
Kurangnya informasi mengenai
keputusan atau situasi yang sekarang.
2.
Kurangnya informasi yang
relevan mengenai keputusan ataupun situasi sekarang.
3.
Kurangnya informasi yang tepat
waktu.
4.
Terlalu banyak informasi.
5.
Informasi tidak akurat.
Informasi juga dapat merupakan fokus dari
suatu batasan atau kebijakan. Sementara analisis informasi memeriksa output sistem,
analisis data meneliti data yang tersimpan dalam sebuah sistem. Permasalahan
yang dihadapi meliputi:
Data yang berlebihan. Data yang sama ditangkap dan/atau disimpan dibanyak tempat.
Kekakuan data. Data ditangkap dan disimpan, tetapi diorganisasikan sedemikian
rupa sehingga laporan dan pengujian tidak dapat atau sulit dilakukan.
C.
Analisis Ekonomi
Ekonomis barangkali merupakan motivasi
paling umum bagi suatu proyek. Pijakan dasar bagi kebanyakan manajer adalah biaya
atau rupiah. Persoalan ekonomis dan peluang berkait dengan masalah biaya.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dapat disimak berikut ini :
Biaya
1.
Biaya tidak diketahui.
2.
Biaya tidak dapat dilacak ke
sumber.
3.
Biaya terlalu tinggi.
Keuntungan
1.
Pasar-pasar baru dapat
dieksplorasi.
2.
Pemasaran saat ini dapat diperbaiki.
3.
Pesanan-pesanan dapat
ditingkatkan.
.
D.
Analisis Keamanan
Tugas-tugas bisnis perlu dimonitor dan
dibetulkan jika ditemukan kinerja yang dibawah standar. Kontrol dipasang untuk
meningkatkan kinerja sistem, mencegah atau mendeteksi kesalahan sistem, dan
menjamin keamanan data, informasi dan persyaratan. Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah :
Keamanan
atau kontrol yang lemah
1.
Input data tidak diedit dengan
cukup.
2.
Kejahatan (misalnya penggelapan
atau pencurian) terhadap data.
3.
Etika dilanggar pada data atau
informasi-mengacu pada data atau informasi yang diakses orang yang tidak
berwenang.
4.
Data tersimpan secara
berlebihan, tidak konsisten pada file-file atau database-database yang berbeda.
5.
Peraturan atau panduan privasi
data dilanggar (atau dapat dilanggar).
6.
Error pemrosesan terjadi (oleh
manusia, mesin atau perangkat lunak).
7.
Error pembuatan keputusan
terjadi.
Kontrol
atau keamanan berlebihan
1.
Prosedur birokratis
memperlamban sistem.
2.
Pengendalian menggangu para
pelanggan atau karyawan.
3.
Pengendalian berlebihan
menyebabkan penundaan pemrosesan.
E.
Analisis Efisiensi
Efisiensi menyangkut bagaimana menghasilkan
output sebanyak-banyaknya dengan dengan input yang sekecil mungkin. Untuk
melihat apakah efisiensi dari suatu sistem baik atau tidak dapat dengan melihat
indikatior-indikator berikut ini:
1.
Orang, mesin atau komputer
membuang-buang waktu
2.
Data secara berlebihan di input
atau disalin
3.
Data secara berlebihan di
proses
4.
Informasi secara berlebihan
dihasilkan
5.
Orang, mesin atau komputer
membuangh
6.
Usaha yang dibutuhkan untuk
tugas-tugas terlalu berlebihan
7.
Material yang dibutuhkan untuk
tugas-tugas terlalu berlebihan.
F.
Services
Analisa untuk menilai kualitas dari suatu
sistem dapat dilihat dari kriteria-kriteria berikut ini :
1.
Sistem menghasilkan produk yang
tidak akurat
2.
Sistem menghasilkan produk yang
tidak konsisten
3.
Sistem menghasilkan produk yang
tidak dipercaya
4.
Sistem tidak mudah dipelajari
5.
Sistem tidak mudah digunakan
6.
Sistem canggung untuk digunakan
7.
Sistem tidak fleksibel.
Berikut ini contoh hasil analisa PIECES
yang dilakukan pada sistem informasi penggajian yang ada pada BBTKLPPM (Balai Besar
Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular) Yogyakarta.
A.
ANALISIS KINERJA (PERFORMANCE)
Adalah kemampuan didalam menyelesaikan tugas
bisnis dengan cepat sehingga sasaran dapat segera tercapai. Kinerja diukur
dengan jumlah produksi (throughput) dan waktu jawaban (respontime)
dari suatu system. System yang dikembangkan ini akan menyediakan throughput dan
respontime yang memadai untuk kebutuhan manajemen pada BBTKLPPM.
Kelemahan:
1.
Keterlambatan memberikan
informasi oleh pegawai mengenai jumlah anak yang bertambah, sehingga Bendahara
Gaji harus melakukan perhitungan ulang gaji dengan menambahkan jumlah tunjangan
anak. Dan hal tersebut akan memperlambat kinerja proses.
2.
Adanya kenaikan pangkat pegawai
yang menyebabkan Bendara Gaji harus memintakan kekurangan gaji atau rapel pada
bulan berikutnya, sehingga akan semakin memperpanjang response time (waktu
tanggap).
B.
ANALISIS INFORMASI (INFORMATION)
Laporan-laporan yang sudah selesai diproses
digunakan untukmenghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen di dalam
pengambilan keputusan. Informasi merupakan hal yang tidak kalah penting karena dengan
informasi tersebut pihak majemen akan merencanakan langkah-langkah selanjutnya.
Kelemahan:
Tidak adanya slip gaji pegawai sehingga
pegawai tidak mengetahui informasi perincian gaji yang diterima secara keseluruhan.
C.
ANALISIS EKONOMI (ECONOMI)
Adalah penilaian sistem didalam pengurangan
dan keuntunganyang akan didapatkan dari systemnyang dikembangkan. System ini
akan memberikan penghematan operasional dan meningkatkan keuntungan perusahaan.
Penghematan didapat melalui pengurangan bahan baku dan perawatan. Sedangkan keuntungandidapat
dari peningkatan nilai informasi dan keputusan yang dihasilkan.
Kelemahan:
Apabila Bendahara Gaji ingin mendapatkan aplikasi
system penggajian yang lebih baik dan mudah penggunaannya maka harus membeli
software untuk aplikasi tersebut dengan harga yang mahal.
D.
ANALISIS KEAMANAN (SECURITY)
Sistem keamanan yang digunakan harus dapat
mengamankan data dari kerusakan, misalnya dengan membuat BackUp data. Selain itu
system keamanan juga harus dapat mengamankan data dari akses yang tidak
diijinkan, biasanya dilakukan dengan password terutama pada form aplikasi dan
databasenya.
Kelemahan:
Aplikasi sistem penggajian pada BBTKLPPM
keamanannya belum begitu diperhatikan sehingga bisa dilihat oleh pihak lain.
E.
ANALISIS EFISIENSI
Berhubungan dengan sumber daya yang ada
guna meminimalkan pemborosan. Efisiensi dari system yang dikembangkan adalah pemakaian
secara maksimal atas sumber daya yang tersedia
Yang meliputi manusia, informasi, waktu,
uang, peralatan, ruang dan keterlambatan pengolahan data.
Kelemahan:
Apabila Bendahara Gaji BBTKLPPM yang
mengurusi system penggajian berhalangan hadir pada saat penggajian dilaksanakan,
maka akan menghambat proses penggajian dan tidak adanya pengganti yang
mengurusi system penggajian tersebut
F.
ANALISIS PELAYANAN (SERVICE)
Perkembangan organisasi dipicu dengan
peningkatan pelayan yang lebih baik. Dari peningkatan pelayanan terhadap system
yang dikembangkan akan memberikan suatu:
1.
Akurasi dalam pengolahan data
2.
Kehandalan terhadap konsistensi
dalam pengolahan input dan outputnya serta kehandalan dalam menangani
pengecualian
3.
Kemampuan dalam menangani
masalah yang diluar kondisi normal
4.
Sistem mudah pakai
5.
Mampu mengkoordinasi aktifitas
untuk mencapai tujuan dan sasaran.
Kelemahan:
Proses penyerahan gaji masih menggunakan system manual
(tidak melalui rekening bank, tetapi diserahkan langsung kepada pegawai)
sehingga memingkinkan antrian dalam penerimaan gaji.
6.4
STUDI KELAYAKAN
Setiap proposal proyek harus dievaluasi
kelayakannya dari berbagai segi :
1.
Kelayakan Teknis
a.
Kelayakan Operasional
b.
Kelayakan Ekonomi
2.
Kelayakan Teknis
a.
Apakah teknologi yang
dibutuhkan sudah tersedia?
b.
Apakah teknologi yang akan
digunakan ini dapat berintegrasi dengan teknologi yang sudah ada?
c.
Apakah sistem yang sudah ada
dapat dikonversikan ke sistem dengan teknologi baru?
d.
Apakah organisasi memiliki
orang yang menguasai teknologi baru ini?
3.
Kelayakan Operasional
a.
Aspek Teknis
I.
Apakah sistem dapat memenuhi
tujuan organisasi untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan?
II.
Apakah sistem dapat
diorganisasikan untuk menghasilkan informasi pada saat yang tepat untuk setiap
orang yang membutuhkannya?
b.
Aspek (psikologis) penerimaan
oleh orang-orang yang ada di dalam organisasi
I.
Apakah sistem baru memerlukan
restrukturisasi organisasi dan bagaimana akibat strukturisasi ini terhadap
orang-orang yang ada di organisasi?
II.
Apakah diperlukan pelatihan
atau pelatihan ulang?
III.
Apakah personil di dalam
organisasi dapat memenuhi kriteria untuk sistem baru?
4.
Kelayakan Ekonomi
Kelayakan ekonomi berhubungan dengan return on investment
atau berapa lama biaya investasi dapat kembali.
I.
Apakah bermanfaat melakukan
investasi ke proyek ini atau kita harus melakukan sesuatu yang lain?
II.
Pada suatu proyek yang besar
biasanya lebih ditekankan kepada kelayakan ekonomi karena umumnya berhubungan dengan
biaya yang jumlahnya besar.
Untuk menganalisis kelayakan ekonomi digunakan kalkulasi yang
dinamakan Cost Benefit Analysis atau Analisa Biaya dan Manfaat.
Tujuan
dari analisa biaya dan manfaat ini adalah :
Memberikan gambaran kepada user apakah
manfaat yang diperoleh dari sistem baru “lebih besar” dibandingkan dengan biaya
yang dikeluarkan. Metode kuantitatif yang dapat digunakan adalah :
1.
Analisa Payback (Payback
Period).
2.
Analisa Net Present Value.
3.
Return Of investment (ROI)
Payback
Period
Jangka waktu yang diperlukan untuk membayar
kembali biaya investasi yang telah dikeluarkan.
(dalam ribuan Rp)
Deskripsi
|
Tahun
1
|
Tahun
2
|
Tahun
3
|
Biaya
Investasi
|
20.000
|
|
|
Biaya
Operasional
|
5.000
|
5.000
|
5.000
|
Total
Biaya
|
25.000
|
5.000
|
5.000
|
Pendapatan
|
10.000
|
17.000
|
11.500
|
Keuntungan
Bersih
|
(15.000)
|
12.000
|
6.500
|
Keuntungan
Bersih
(Kumulatif)
|
(15.000)
|
(13.000)
|
3.500
|
Proyek mampu membayar kembali investasi
karena keuntungan bersih (kumulatif) pada tahun ke-3 telah mancapai nilai
(positif) 3.500.
Dengan demikian waktu pelunasan investasi
tercapai pada tahun ke-3.
Tepatnya,
jangka waktu pelunasan adalah :
2 +
{6.500 - 3.500} /{6.500} = 2,46 tahun ≈ (2 tahun + 5,5 bulan).
Analisa Net Present Value (NPV)
Present
Value :
Nilai sekarang dari penerimaan (uang) yang
akan didapat pada tahun mendatang.
Net
Present Value :
Selisih antara penerimaan dan pengeluaran
per tahun.
Discount
Rate :
Bilangan yang digunakan untuk men-discount
penerimaan yang akan didapat pada tahun mendatang menjadi nilai sekarang.
Discount rate dapat dilihat dari tabel
discount rate yang ditentukan oleh tingkat suku bunga (i) dan tahun (t).
Discount rate pada tahun ke-5 dengan
interest rate 10% adalah : 0,621
Untuk menghitung discount rate ini dapat
digunakan rumus :
d = 1/(1+i)t
d = discount rate
i = Interest rate
t = tahun
NPV dapat dihitung dengan menggunakan rumus
:



Bt = Benefit tahun ke-t
Ct = Cost tahun ke-t
i = Interest rate yang ditentukan
t = tahun
K0=Investasi awal tahun ke-0 (sebelum
proyek dimulai)
Kriteria
:
NPV > 0 Feasible
NPV = 0 Indifferent
NPV < 0 Unfeasible
Contoh :
(dalam juta Rp.)
NO
|
Deskripsi
|
Tahun
Ke-0
|
Tahun
Ke-1
|
Tahun
Ke-2
|
Tahun
Ke-3
|
Tahun
Ke-4
|
Tahun
Ke-5
|
A
|
Benefit
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Penghematan
Biaya perawatan
|
|
50
|
50
|
20
|
30
|
40
|
2
|
Penjualan
Informasi
|
|
|
25
|
25
|
30
|
30
|
|
Total
Benefit
|
|
50
|
75
|
45
|
60
|
70
|
B
|
Cost
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Investasi
Awal (membeli Komputer Baru)
|
95
|
|
|
|
|
|
2
|
Baiya
Operasional
|
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
|
Total
Cost
|
95
|
30
|
30
|
30
|
30
|
30
|
|
Net
Benefit
|
(95)
|
20
|
45
|
15
|
30
|
40
|
|
Discount
rate 15%
|
1,00
|
0,870
|
0,756
|
0,658
|
0,572
|
0,497
|
|
NPVpada
Disc. Rate 15%
|
(95)
|
17,4
|
34,02
|
9,87
|
17,16
|
19,88
|
NPV
= 17,4 + 34,02 + 9,87 + 17,16 + 19,88 - 95 = 8,33 > 0
Karena NPV > 0 maka proyek feasible.
Return
On Invesment
Return on invesment adalah besarnya
keuntungan yang bias diperoleh (dalam %) selama periode waktu yang telah ditentukan
untuk menjalankan proyek, untuk menghitungnya digunakan rumus:

Jika
dinyatakan dalam persen (%)

Berikut ini contoh perhitungan analisa
biaya dan manfaat untuk pengembangan sebuah sistem pembelajaran berbasis computer
di sebuah SMP untuk melengkapi sistem pembelajaran yang sudah ada:
C.7.
Analisis Biaya dan Manfaat
Rincian
biaya dan
Manfaat
|
Tahun
ke-0
|
Tahun
ke-1
|
Tahun
ke-2
|
Tahun
ke-3
|
Rincian
Biaya
Biaya
pengembangan
Sistem
Pengadaan
Sistem (Fisika)
Hardware
(2 unit)
LCD
Projector dan Screen
Software
Education Pack
Biaya
pelatihan (8 orang)
Biaya
Pemeliharaan
|
Rp 1.500.000
Rp 9.000.000
Rp 7.500.000
Rp 5.000.000
Rp 2.000.000
-
|
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
Rp 500.000
|
-
-
-
-
Rp. 625.000
|
Total
Biaya (TB)
|
Rp25.000.000
|
-
|
Rp 500.000
|
Rp. 625.000
|
Rincian
Manfaat
1.
Manfaat Wujud
a.
Peningkatan biaya pendidikan
b.
Peningkatan Informasi
|
-
-
|
Rp. 3.400.000
Rp. 4.050.000
|
Rp 4.420.000
Rp. 5.467.500
|
Rp. 5.746.000
Rp. 7.381.125
|
Total
Wujud (TW)
|
-
|
Rp. 7.450.000
|
Rp. 9.887.500
|
Rp.13.127.125
|
2.
Manfaat Tak Wujud
Perbaikan citra/nama
baik
|
-
|
Rp. 1.300.000
|
Rp. 1.950.000
|
Rp. 2.925.000
|
Total Tak Wujud (TTW)
|
-
|
Rp. 1.300.000
|
Rp. 1.950.000
|
Rp. 2.925.000
|
Total
Manfaat (TM)
|
-
|
Rp. 8.750.000
|
Rp.11.837.500
|
Rp.16.052.125
|
Proceed
(Selisih TM & TB)
|
-
|
Rp. 8.750.000
|
Rp.11.337.500
|
Rp.15.427.125
|
Tabel
4.1 Rincian
biaya dan manfaat
Adapun metode-metode untuk melakukan
analisis biaya dan manfaat diantaranya sebagai berikut:
1.
Analisis Periode Pengembalian (Payback
Period)
2.
Analisis Pengembalian
Investasi (Return On Investment)
3.
Analisis Nilai Sekarang Bersih
(Net Present Value)
Berdasarkan para rincian biaya dan manfaat
pada tabeldi atas, maka dapat dilakukan analisis biaya dan manfaat sebagai
berikut:
1.
Analisis Payback Period
Perhitungan analisis Payback Periode (waktu
pengembalian investasi):
Total Biaya
Pengadaan Sistem pada tahun 0 : Rp. 25.000.000
Proceed pada tahun I : Rp. 8.750.000
(-)
Sisa
Biaya Sistem pada tahun I : Rp. 16.250.000
Proceed pada tahun II : Rp. 11.337.500
(-)
Sisa
Biaya Sistem pada tahun II : Rp. 4.912.500
Sisa
= 4.912.500 x 1 tahun = 0,31 tahun
15.427.125
Payback Periode sudah dapat dicapai pada tahun ke-3, secara detailnya adalah 2,31
tahun. Dari fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang ditanamkan pada
rancangan sistem ini akan mencapai titik impas pada waktu 2,31 tahun, yang
berarti bahwa pada tahun ke-3 mulai dapat mengambil keuntungan dari sistem
tersebut.
2.
Analisis Return On Investment (ROI)
Perhitungan prosentase manfaat yang
dihasilkan oleh sistem dibandingkan dengan biaya pengadaan sistem.
Biaya perhitungan sistem :
Biaya Pengadaan sistem
bulan 0 : Rp 25.000.000
Biaya Perawatan sistem
bulan I : Rp 0
Biaya Perawatan sistem
bulan II : Rp 500.000

(+)
Total Biaya : Rp
26.125.000
Total Keuntungan
yang didapat :
Total Manfaat pada bulan I : Rp
8.750.000
Total Manfaat pada bulan
II : Rp
11.827.500
Total Manfaat pada bulan III :
Rp 16.052.125
(+)
Total Manfaat : Rp 36.639.625
Rumus (ROI) adalah :


Sistem ini akan memberikan keuntungan pada tahun
ke-3 sebesar 40,24 % dari biaya pengadaan,
sehingga sistem ini layak di gunakan.
3.
Analisis Net Present Value (NPV)
Perhitungan Analisis NPV:
Proceed 1 Proceed 2 Proceed n
NPV = - nilai proyek + -------------
+------------ + …. --------------
( 1+i % )1 ( 1+i
% )2 ( 1+i )n
Apabila diaplikasikan pada penerapan sistem
yang baru, maka perhitungan nilainya dengan tingkat bunga diskonto 15% per
tahun adalah:
8.750.000 11.337.500 15.427.625
NPV = - 25.000.000 + ---------------
+-------------- + --------------
( 1+0,15)1 ( 1+0,15)2
( 1+0,15)n
NPV = 1.325.059,587
Dari hasil perhitungan diatas, dapat
disimpulkan bahwa jumlah keuntungan yang diterima sekarang pada tahun ke-3
apabila sistem ini diterapkan adalah : Rp. 1.325.059,587 atau NPV lebih besar
dari 0, maka proyek tersebut layak dilaksanakan.
BAB 7
PENENTUAN KEBUTUHAN SISTEM
7.1
System requirement (Kebutuhan Sistem)
Tujuan dari fase analisis adalah memahami
dengan sebenarbenarnya kebutuhan dari sistem baru dan mengembangkan sebuah
sistem yang mewadahi requirement tersebut-atau memutuskan bahwa sebenarnya
pengembangan sistem baru tidak dibutuhkan. Penentuan kebutuhan sistem merupakan
langkah yang paling crucial dalam tahapan SDLC. Kebutuhan Sistem bisa diartikan
sebagai berikut: Pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh system Pernyataan
tentang karakteristik yang harus dimiliki sistem
7.2
Tipe-tipe Kebutuhan Sistem
Kebutuhan
Fungsional (Functional requirement)
Functional requirement adalah jenis
requirement yang berisi: Proses-proses yang harus dilakukan oleh system Informasi-informasi
yang harus ada di dalam sistem.
Nonfunctional
Requirements
Adalah tipe requirement yang berisi
properti perilaku yang dimiliki oleh sistem, meliputi:
1.
Operasional
2.
Performance
3.
Keamanan
4.
Politik dan budaya
Berikut ini contoh sebuah dokumen kebutuhan
sistem untuk pengembangan sistem informasi perpustakaan berbasis komputer :
FUNCTIONAL
REQUIREMENT
􀂙Sistem
harus dapat melakukan entri buku yang berhubungan dengan pendataan buku :
1.
User bisa memasukkan berbagai
jenis buku beserta dengan kode buku, kategori buku, judul buku, penerbit, pengarang,
jumlah halaman, ISBN buku dan lain-lain
2.
User bisa menambahkan koleksi
buku baru yang akan keluarkan
3.
User bisa menghitung berapa
jumlah koleksi buku yang ada secara keseluruhan
4.
User dapat menampilkan berapa
jenis atau kategori koleksi buku yang ada beserta dengan jumlahnya
5.
User dapat menampilkan jenis
buku berdasarkan ketegori tertentu beserta jumlah bukunya
6.
User dapat mencari koleksi buku
berdasarkan pengarang, penerbit, judul, dan lain-lain
7.
User dapat menampilkan nama
buku yang paling sering di pinjam
8.
User dapat mengganti beberapa
kode buku dan lain-lain yang berhubungan dengan buku
9.
User dapat menghapus beberapa
jenis buku, judul buku dan lain-lain yang sudah rusak atau hilang
10. User dapat mengurutkan buku berdasarkan kodenya, judul buku, jumlah
halaman, dan lain-lain
11. User dapat menampilkan buku yang belum diberi kode
12. User dapat mengelompokkan buku berdasarkan pengarang dan judul buku
apa saja yang telah ditulis yang ada di perpustakaan
􀂙System
harus dapat melakukan pendataan anggota
1.
User dapat memasukkan data
anggota baru dengan memasukkan kode anggota, nama, alamat, nomor telepon
2.
User dapat menampilkan biaya
pendaftaran anggota yang harus di bayarkan
3.
User dapat menampilkan print
kartu anggota baru
4.
User dapat menampilkan
menghitung berapa jumlah anggota yang ada secara keseluruhan
5.
User dapat menampilkan data
jumlah anggota yang berada pada daerah kecamatan yang sama
6.
User bisa menambahkan data
anggota baru
7.
User bisa merubah data anggota
apabila alamat atau nomor telepon anggota berubah
8.
User dapat menampilkan anggota
yang paling sering meminjam serta kategori buku yang di pinjam
9.
User dapat menampilkan data
peningkatan atau penurunan anggota baru setiap tahunnya
􀂙Sistem
harus dapat melakukan transaksi peminjaman:
1.
User dapat mencatat semua
transaksi peminjaman
2.
User dapat memasukan data-data
dari anggota baik nama, alamat, nomor telepon dan lain-lain
3.
User dapat memasukkan jumlah
buku yang di pinjam
4.
User dapat memasukkan judul
buku, nama pengarang, dan nama penerbit
5.
User dapat menampilkan tanggal
kembali buku yang di pinjam
6.
User dapat mengetahui apakah
anggota sudah mengembalikan buku yang di pinjam
7.
User dapat menampilkan anggota
yang paling sering meminjam
􀂙
Sistem harus dapat melakukan transaksi pengembalian:
1.
User dapat mencatat semua
transaksi pengembalian
2.
User dapat manampilkan judul
buku, nama pengarang, nama penerbit dari buku yang di kembalikan
3.
User dapat menampilkan denda
yang harus dibayar oleh peminjam buku (denda 1 buku Rp.100/perhari)
4.
User dapat mengetahui total
keseluruhan buku yang di pinjam
5.
User dapat menampilkan tanggal
pengembalian buku
6.
User dapat menampilkan judul
buku, nama pengarang, dan nama penerbit dari buku apabila peminjam menghilangkan
buku yang di pinjam
7.
User dapat menampilkan harga
buku yang harus diganti oleh anggota apabila buku tersebut hilang
8.
User dapat mengetahui nama buku
yang belum di kembalikan oleh peminjam/anggota
9.
User dapat mengetahui nama
anggota beserta alamat anggota yang belum mengembalikan buku beserta tanggal
buku tersebut harus di kembalikan
􀂙Sistem
harus dapat melakukan laporan keuangan secara otomatis:
1.
User dapat menampilkan laporan
pendapatan yang diterima baik berdasarkan tanggal tertentu, bulan tertentu,
atau tahun tertentu
2.
User dapat menampilkan laporan
pendapatan yang di terima baik berdasarkan biaya pendaftaran anggota baru atau
anggota yang memperbarui kartu anggota dan denda yang di bayarkan oleh angggota
3.
User dapat mengetahui jumlah
biaya-biaya yang dikeluarkan dan untuk apa biaya-biaya tersebut
4.
User dapat mengetahui jumlah
dana yang di gunakan untuk pembelian buku baru serta jumlah buku yang harus di
beli
5.
User dapat mengetahui atau
mengecek jumlah laba kotor maupun laba bersihnya dari pendapatan yang di terima
6.
User dapat menampilkan jumlah
kas yang dapat digunakan
NON-FUNCTIONAL
REQUIREMENT
Operasional
a.
Digunakan pada system operasi
Microsoft Windows XP®, Microsoft Windows® NT, Microsoft Windows®2000
b.
Pentium III-class or higher
processor
c.
128 MB – 256 MB of RAM
d.
Bisa digunakan untuk barcode
render
e.
Printer untuk mencetak kartu
anggota dan laporan keuangan maupun yang lain-lain
Security
a.
Dilengkapi password untuk
sistem aplikasinya maupun databasenya
b.
Dilengkapi dengan kamera untuk
mengawasi anggota yang membaca di ruang baca dan ruang penyimpanan tas yang
tersambung kekomputer
􀂙Informasi
a.
Digunakan untuk menginformasikan
apabila password yang di masukkan oleh user salah
b.
Digunakan untuk menampilkan
prosedur pendaftaran anggota baru
􀂙Performance
a.
Waktu untuk transaksi
peminjaman buku dibatasi 2 menit
b.
Waktu untuk transaksi
pengembalian buku di batasi 1 menit
c.
Jumlah transaksi peminjaman dan
pengembalian
7.3
Teknik Pengumpulan Requirement
Dalam menyusun requirement, ada beberapa
teknik yang biasa digunakan. Pada uraian berikut kita akan membahas beberapa teknik
pengumpulan requiremen yang biasa digunakan.
Interview
Interview atau wawancara adalah teknik
pengumpulan requirement yang paling umum digunakan. Langkah-langkah dasar dalam
teknik interview adalah:
1.
Memilih target interview
2.
Mendisain pertanyaan-pertanyaan
interview
3.
Persiapan interview
4.
Melakukan interview
5.
Follow up hasil interview
Joint
Application Development
Proses kelompok terstruktur yang terfokus
untuk menentukan requiremen, melibatkan tim proyek, pengguna, dan manajemen bekerja
bersama-sama, teknik ini sangat berguna untuk mereduksi waktu pengumpulan
informasi sampai 50%.
Pelaku
JAD
1.
Facilitator
a.
Terlatih untuk teknik JAD
b.
Menyiapkan agenda dan memandu
proses kelompok
2.
Scribe
Mencatat isi
dari sesi JAD
3.
User dan manager dari perusahaan yang akan dibuat Sistemnya

Gambar 7.1 JAD Meeting Room
Questionnaires
(Kuisioner)
Kuisioner adalah sekumpulan pertanyaan
tertulis, dan sering melibatkan banyak orang. Kuisioner bisa dilakukan paper
based atau secara elektonik. Biasanya sampel dipilih untuk mewakili populasi
tertentu. Setelah hasil kuisioner diperoleh diperlukan analisa untuk mengambil
data yang sesuai dengan keperluan pengumpulan requirement.
Analisa
Dokumen
Teknik ini dilakukan dengan mempelajari
material yang menggambarkan sistem yang sedang berjalan. Biasanya dokumen yang
diamati berupa form, laporan, manual kebijakan, grafik organisasi
Observasi
Teknik ini dilakukan dengan melakukan
pengamatan secara langsung pada proses-proses yang sedang berjalan. Hal ini penting
karena kadang-kadang user atau manager tidak dapat mengingat secara keseluruhan
apa yang mereka lakukan dan menceritakan kembali ke analis.
BAB 8
ANALISA USE CASE
8.1
Analisa Use Case
Use case adalah metode berbasis teks untuk
menggambarkan dan mendokumentasikan proses yang kompleks. Use case menambahkan
detail untuk requirement yang telah dituliskan pada definisi sistem
requirement. Use case dikembangkan oleh sistem analis bersama-sama dengan user.
Pada tahapan selanjutnya berdasarkan use case ini analis menyusun model data
dan model proses.
8.2
Peranan Use case
Semua kemungkinan tanggapan terhadap suatu
kejadian didokumentasikan. Use case sangat berguna ketika situasi yang dianalisa
sangat kompleks. Sebuah use terdiri dari elemenelemen sebagai berikut:
1. Informasi Dasar
a.
Nama, jumlah dan deskripsi
singkat
b.
Trigger-kejadian yang
menyebabkab adanya usecase
c.
Eksternal trigger: trigger yang
berasal dari luar sistem
d.
Temporal Trigger: kejadian yang
berbasis waktu
e.
Sudut pandang use case harus
konsisten
2. Input-output utama
a.
Asal dan tujuan
b.
Tujuan harus lengkap dan
komprehensif
3. Detail
a.
Harus ada detail dari
langkah-langkah yang harus dilakukan berikut data masukan dan keluarannya.
Contoh sebuah use case:

Proses
pengembangan Use Case
1.
Identifikasi use case utama
2.
Identifikasi setiap langkah
dalam setiap use case
3.
Identifikasi elemen-elemen
dalam setiap langkah
4.
Konfirmasikan use case
5.
Ulangi langkah-langkah diatas
secata iteratif
Langkah 1: Identifikasi use case utama
Aktifitas
|
Pertanyaan
tipikal yang diajukan
|
Mulailah
sebuah
form
use case dari
setiap
use case
Jika
lebih dari 9
kelompokkan
dalam
paket-paket
|
Tanyakan
who, what dan where tentang
tugas
dan input/output mereka:
1.
Tugas utama apa yang dilakukan?
2.
Trigger apa yang memicu tugas ini?
3.
Informasi/form/laporan apa yang diperlukan untuk melakukan
tugas ini?
4.
Siapa yang member informasi/form/laporan ini?
5.
Informasi apa yang dihasilkan dan pergi ke mana informasi
tersebut?
|
Langkah 2: Identifikasi setiap
langkah dalam setiap use case
Aktifitas
|
Pertanyaan
tipikal yang diajukan
|
Untuk
setiap use
case,
masukkan
langkah-langkah
utama
untuk
memproses
input
dan
menghasilkan
output
|
Menanyakan
”how”
tentang setiap use case:
1.
Bagaimana anda memproduksi laporan?
2.
Bagaimana informasi berubah pada laporan? o you process
forms?
3.
Tool apa yang dilakukan pada langkah ini?
|
Langkah 3: Identifikasi elemen-elemen
dalam setiap langkah
Aktifitas
|
Pertanyaan
tipikal yang diajukan
|
Untuk
setiap
langkah,
identifikasi
setiap
langkah,
input dan
outputnya
|
Tanyakan
How tentang setiap langkah ini:
1.
Bagaimana orang mengetahui kapan melakukan langkah ini?
2.
Laporan/form apa yang dihasilkan dari langkah ini?
3.
Laporan/form apa yang dibutuhkan langkah ini?
4.
Apa yang t
5.
erjadi jika laporan/form ini tidak ada?
|
Langkah 4: Konfirmasikan
use case
Aktifitas
|
Pertanyaan
tipikal yang diajukan
|
Untuk
setiap
langkah,
validasi
bahwa
semuanya
lengkap
dan benar
|
Minta
user untuk mengeksekusi prosesproses yang tertulis dalam use case
|
Berikut ini contoh use case yang diterapkan
pada proses pemilihan CD pada sebuah rental CD:
Hasil langkah 1

Hasil Langkah 2:

Hasil langkah 3:

Hasil langkah 4
BAB 9
PROCESS MODELLING
9.1
Process model
Proses modelling adalah cara formal untuk
menggambarkan bagaimana bisnis beroperasi. Mengilustrasikan aktivitasaktivitas yang
dilakukan dan bagaimana data berpindah diantara aktifitas-aktifitas itu. Ada
banyak cara untuk merepresentasikan proses model, cara yang populer adalah dengan
menggunakan data flow diagram (DFD). Ada 2 jenis DFD, Logical DFD yang
menggambarkan proses tanpa menyarankan bagaimana mereka akan dilakukan. Kedua
adalah
Fisikal DFD yang menggambarkan proses model
berikut implementasi pemrosesan informasinya.
9.2
DATA FLOW DIAGRAMS
Berikut ini contoh sebuah DFD yang
menggambarkan proses pendaftaran pasien pada rumah sakit:

Gambar 9.1 DFD pendaftaran pasien pada rumah sakit
Untuk membaca suatu DFD kita harus memahami
dulu , elemen-elemen yang menyusun suatu DFD. Ada 4 elemen yang menyususn suatu
DFD yaitu:
Proses
Aktifitas atau fungsi yang dilakukan untuk
alasan bisnis yang spesifik, biasa berupa man ual maupun terkomputerisasi.
Data
flow
Satu data tunggal atau kumpulan logis suatu
data, selalu diawali atau berakhir pada suatu proses.
Data
Store
Kumpulan data yang disimpan dengan cara
tertentu. Data yang mengalir disimpan dalam data store. Aliran data diupdate
atau ditambahkan ke data store.
External
entity
Orang, organisasi, atau sistem yang berada
di luar sistem tetapi berinteraksi dengan sistem. Masing-masing elemen akan
diberi lambang tertentu untuk membedakan satu dengan yang lain. Ada beberapa
metode untuk menggambarkan elemen-elemen tersebut.Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada diagram berikut ini :

Gambar 9.2 Elemen-elemen dari DFD dan lambangnya
9.3
Menggambarkan proses bisnis dengan menggunakan DFD
Proses bisnis biasanya terlalu kompleks
untuk ditunjukkan dalam 1 DFD. Dekomposisi adalah proses untuk menggambarkan
sistem dalam hirarkie dari diagram DFD. Diagram anak menggambarkan proses yang
lebih detail dibandingkan dengan diagram induk. Harus ada proses
Balancing untuk menjamin informasi yang disajikan
dalam satu level dari suatu DFD secara akurat direpresentasikan pada DFD level
berikutnya. Adapun hirarki dari suatu DFD dapat dilihat pada diagram berikut
ini:

Gambar 9.3 Hirarki penyusunan DFD
Keterangan :
Context Diagram: DFD pertama dalam proses bisnis. Menunjukkan konteks dimana proses
bisnis berada. Menunjukkan semua proses bisnis dalam 1 proses tunggal (proses
0). Context Diagram juga menunjukkan semua entitas luar yang menerima informasi
dari atau memberikan informasi ke sistem.
Level 0 Diagram: Menunjukkan semua proses utama yang menyusun keseluruhan sistem.
Level ini juga menunjukkan komponen internal dari proses 0 dan menunjukkan
bagaimana proses-proses utama direlasikan menggunakan data flow. Pada level ini
juga ditunjukkan bagaimana proses-proses utama terhubung dengan entitas
eksternal. Pada level ini juga dilakukan penambahan data store.
Level 1 Diagrams: Umumnya diagram level 1 diciptakan dari setiap proses utama dari
level 0. Level ini menunjukkan prosesproses internal yang menyusun setiap
proses-proses utama dalam level 0, sekaligus menunjukkan bagaimana informasi berpindah
dari satu proses ke proses yang lainnya. Jika misalnya proses induk di pecah,
katakanlah menjadi 3 proses anak, maka 3 proses anak ini secara utuh menyusun proses
induk.
Level 2 Diagrams: Menunjukkan semua proses yang menyusun sebuah proses pada level 1.
Bisa saja penyusunan DFD tidak mencapai level 2 ini. Atau mungkin harus
dilanjutkan ke level berikutnya (level 3, level 4...dst)
Berikut ini contoh penyusunan DFD untuk
sistem presensi karyawan yang menggunakan webcam untuk meng-capture wajah
karyawan yang melakukan presensi. Sistem ini bekerja dengan prinsip pengenalan
wajah.Perhatikan bahwa diagram yang dipakai adalah diagram yang mengacu pada
metode De marco-Jordan.
Context
Diagram
Pada context diagram, sistem digambarkan
dengan sebuah proses saja, kemudian diidentifikasi entitas luar yang berinteraksi
dengan proses tunggal tadi. Didapatkan 2 entitas luar yaitu karyawan dan bagian
PSDM (Personalia dan Sumber Daya Manusia)
![]() |







Laporan Presensi Laporan
Presensi
![]() |
Gambar 9.4. context diagram untuk sistem presensi
Keterangan Gambar :
Karyawan :
entitas luar karyawan STMIK AMIKOM Yogyakarta yang diwajibkan melakukan
presensi
PSDM :
entitas luar Personalia dan Sumber Daya Manusia
Data Karyawan: Meliputi No induk, Nama, Bagian, Jabatan, Gaji
Data Presensi: Meliputi wajah karyawan yang melakukan presensi
Laporan presensi: Laporan presensi karyawan perbulan berisi no induk, nama, bulan,
tahun dan total potongan.
DFD
Level 1
Pada level ini, proses tunggal dari context
diagram dipecah menjadi 3 proses yang lebih terperinci yaitu proses input data
karyawan, presensi dan pembuatan laporan presensi.
![]() |
Data persesni Laporan




Data Persensi2
Data Karyawan Laporan
Persensi




![]() |
|||
![]() |
|||

![]() |


Gambar 9.5 DFD level 1 untuk sistem presensi
Keterangan Gambar:
Karyawan :
entitas luar karyawan STMIK AMIKOM Yogyakarta yang diwajibkan melakukan presensi
PSDM :
entitas luar Personalia dan Sumber Daya Manusia
Data Karyawan: Meliputi No induk, Nama, Bagian, Jabatan, Gaji
Data Karyawan2: Meliputi Id karyawan, No induk, Nama, Bagian, Jabatan, Gaji
Data Presensi: Meliputi wajah karyawan yang melakukan presensi
Data Presensi2: Meliputi id presensi, citra wajah karyawan, tanggal dan waktu
presensi dilakukan.
Tb Karyawan : Tabel Karyawan, untuk menyimpan data karyawan
Tb Presensi : Tabel Presensi untuk menyimpan data presensi
Laporan presensi: Laporan presensi karyawan perbulan berisi no induk, nama, bulan,
tahun dan total potongan.
DFD
Level 2
Pada DFD Level 2, proses Input data
Karyawan diperinci menjadi 2 proses yaitu proses input data, digunakan untuk menginputkan
data karyawan dan proses input citra, proses meng-capture wajah karyawan
sehingga didapatkan citra wajah. Pada Level ini didapatkan juga beberapa
penyimpanan data yaitu Tb Data Karyawan untuk menyimpan data-data karyawan dan
File Citra Wajah Karyawan untuk menyimpan citra wajah karyawan.
![]() |
Data
Karyawan wajah
![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||
Data
Karyawan2 Citra wajah
![]() |
![]() |
Tb data Karyawan Tb data Karyawan
![]() |
![]() |
Gambar 9.6 DFD Level 2 untuk proses Input data
Karyawan
Untuk proses Presensi, dapat diperinci menjadi
proses input citra yang menerima input wajah dari karyawan yang dicapture
dengan webcam, Image matching yang bertugas mencari citra wajah yang sesuai
pada database dan Transaksi presensi yang memproses data-data saat transaksi
karyawan dilakukan.
![]() |
|||
![]() |


![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||
Citra Wajah Citra Wajah
Hasil
Identifikasi
![]() |
|||
![]() |
|||

![]() |
|||||
![]() |
|||||
![]() |
|||||



Data
Presensi
![]() |


Gambar 9.7 DFD Level 2 untuk proses Presensi
DFD Level 3
Untuk proses input citra baik pada proses
input data karyawan (proses 1.2) maupun proses presensi (proses 2.1) mempunyai
rincian proses yang sama, sehingga untuk penyusunan DFD level 3 akan diambil
proses 2.1 saja sebagai berikut:
![]() |
![]() |
||



![]() |
Citra
wajah
grayscale format
![]() |
Citra wajah
grayscale
format
jpg ukuran 80x80
Gambar 9.8 DFD Level 3 untuk proses input citra
BAB 10
DATA MODELLING
10.1
DATA MODEL
Data model adalah cara formal untuk
menggambarkan data yang digunakan dan diciptakan dalam suatu sistem bisnis. Model
ini menunjukkan orang, tempat atau benda dimana data diambil dan hubungan antar
data tersebut. Data modelling juga dibedakan menjadi 2: Logical data
model: Menunjukkan pengaturan data tanpa mengindikasikan bagaimana data
tersebut disimpan, dibuat dan dimanipulasi. Physical data model:
Menunjukkan bagaimana data akan disimpan sebenarnya dalam database atau
file. Penyusunan model data harus seimbang dengan model proses. Salah satu cara
pemodelan data adalah dengan ERD (Entity Relationship Diagram).
10.2
THE ENTITY-RELATIONSHIP DIAGRAM (ERD)
Apakah
ERD itu?
1.
Gambar yang menunjukkan
informasi dibuat disimpan dan digunakan dalam sistem bisnis.
2.
Entitas biasanya menggambarkan
jenis informasi yang sama
3.
Garis yang menghubungkan antar
entitas menunjukkan hubungan antar data
4.
ERD juga bisa digunakan untuk
menunjukkan aturanaturan bisnis
Menggunakan
ERD untuk menunjukkan aturan bisnis
1.
Aturan bisnis adalah batasan
yang harus diikuti ketika sistem beroperasi.
2.
Simbol ERD hanya menunjukkan
satu instance dari entitas harus ada sebelum instance lain dari suatu entitas.
Sebagai contoh: Seorang dokter harus ada sebelum perjanjian ketemu dengan dokter
dibuat.
3.
Simbol ERD dapat menunjukkan
ketika salah satu instance dari suatu entitas dapat direlasikan dengan satu atau
lebih instance dari entitas lainnya.Contohnya: satu dokter bisa memiliki banyak
pasien, satu pasien bisa jadi hanya memiliki satu dokter utama.
4.
Simbol ERD juga menun jukkan
ketika eksistensi dari instance suatu entity adalah opsional untuk sebuah
relasi dengan instance dari suatu entitas. Contohnya: Pasien mungkin memiliki
atau mungkin tidak memiliki biaya asuransi.
Berikut
ini contoh sebuah ERD

Gambar 10.1 Contoh Diagram ERD
Elemen-elemen
ERD
Seperti data flow diagram, ERD juga
menggunakan simbolsimbol khusus untuk menggambarkan elemen-elemen ERD. Berikut
ini simbol-simbol yang digunakan dalam ERD:

Gambar 10.2 Elemen-elemen dari ERD
Keterangan
:
Entity
Entitas bisa berupa orang, kejadian, atau
benda dimana data akan dikumpulkan. Untuk menjadi sebuah entity, suatu objek harus
menampilkan beberapa kali event. Sebagai contoh : Jika sebuah firma hanya
memiliki 1 gudang, maka gudang tersebut bukan entitas. Tetapi jika perusahaan
memiliki banyak gudang, maka gudang bisa menjadi entitas suatu entitas jika perusahaan
ingin menyimpan data untuk setiap instance dari gudang.

Gambar
10.3 Contoh Entitas dan Instance
Atribut
a.
Informasi yang diambil tentang sebuah entitas
b.
Hanya yang digunakan oleh
organisasi yang dimasukkan dalam model
c.
Nama atribute harus merupakan
kata benda
d.
Kadang nama entitas diletakkan
di depan nama atribut untuk ketelitian.
Identifier
a.
Satu atau lebih atribut dapat
menjadi identifier entitas, yang secara unik mengidentifikasi setiap instance
dari entitas.
b.
Concatenated identifier (identifier
gabungan) terdiri dari beberapa atribut.
c.
Identifier bisa saja
artifisial, seperti dengan membuat ID number
d.
Identifier tidak akan
dikembangkan sampai fase desain.

Gambar 10.4 tipe-tipe identifier
Berikut ini contoh penggunaan identifier
dalam sebuah case repositoy untuk suatu atribut

Gambar 10.5 Case repository untuk atribut patient_SSN
Relationships
a.
Hubungan antar entitas
b.
Entitas pertama dalam
relationship disebut entitas induk, entitas kedua disebut sebagai entitas anak.
c.
Relationship harus mempunyai
nama yang berupa kata kerja
d.
Relationship berjalan 2 arah
Sebagai contoh, jika dimiliki dua entitas
yaitu buku dan toko buku maka bisa dibuat beberapa relationship, diantaranya:
a.
Toko buku memesan buku
b.
Toko buku menampilkan buku
c.
Toko buku menstock buku
d.
Toko buku menjual buku
e.
Toko Buku mengembalikan buku.
Relationship memesan, menampilkan,
menstock, menjual dan mengembalikan mendefinisikan hubungan yang relevan
antara buku dan toko buku.
Cardinalitas
a.
Kardinalitas mengacu pada
berapa kali instance dari satu entitas dapat berelasi dengan instance lain di
entitas yang berbeda.
b.
Satu instance dalam 1 entitas
mengacu pada satu dan hanya satu instance pada entitas lainnya (1:1)
c.
Satu instance dalam suatu
entitas mengacu ke satu atau lebih instance yang berelasi (1:N)
d.
Satu atau lebih instance dalam
suatu entitas mengacu pada satu atau lebih instance pada entitas yang berelasi (M:N).
Modalitas
a.
Mengacu pada apakah suatu
instance dari entitas anak dapat ada tanpa suatu relasi dengan instance dari entitas
induk atau tidak.
b.
Not Null berarti bahwa suatu instance pada entitas yang berelasi harus ada
untuk suatu instance dari entitas lain untuk disebut valid
c.
Null berarti bahwa tidak ada instance dalam entitas yang berelasi yang
diperlukan untuk instance pada relasi lain untuk dikatakan valid.
Berikut ini contoh penggunaan kardinalitas
dan modalitas dalam suatu Relationship:
![]() |
Data
Dictionary dan Metadata
a.
Metadata dalah informasi yang
tersimpan yang berisi komponen dari model data
b.
Metadata disimpan dalam data
dictionary sehingga bisa dibagi dengan developer dan user melalui SDLC
c.
Data dictionary yang lengkap
dan bisa dibagi membantu meningkatkan kualitas dari sistem yang sedang dikembangkan.
berikut ini frame umum dari sebuah
metadata:
Sebuah entitas
yang bisa
dideskripsikan
sebagai:
|
Sebuah Attribut
yang bisa
dideskripsikan
sebagai:
|
Sebuah
Relationship yang
bisa
dideskripsikan sebagai
|
Nama
Definisi
Catatan
Khusus
Kontak
User
Kontak Analis
|
Nama
Deskripsi
Alias
Contoh
nilai
Nilai
yang bisa
diterima
Format
Tipe
Catatan khusus
|
Frase
kata kerja
Entitas
induk
Entitas
anak
Definisi
Kardinalitas
Modalitas
|
Gambar
10.6 Frame Metadata
MEMVALIDASI
ERD
Untuk membuat ERD, diperlukan latihan dan
jam terbang, Ada beberapa pedoman yang perlu diperhatikan untuk membuat ERD
diantaranya:
a.
Entitas harus memiliki banyak
kejadian/realitas
b.
Hindari penggunaan atribut yang
tidak perlu
c.
Berilah label yang jelas untuk
semua komponen
d.
Pasangkan kardinalitas dan
modalitas yang jelas dan benar
e.
Pecah atribut menjadi level
serendah mungkin yang diperlukan
f.
Label harus merefleksikan
istilah-istilah bisnis yang umum
g.
Asumsi harus disebutkan dengan
jelas.
Normalisasi
Normalisasi adalah teknik yang digunakan
untuk memvalidasi model data.
Serangkaian aturan
diberlakukan pada data model logik untuk
meningkatkan pengaturannya. Biasanya digunakan 3 aturan
Langkah-langkah
normalisasi
Berikut ini adalah langkah-langkah yang
digunakan untuk melakukan normalisasi terhadap data model yang telah kita peroleh
:
0 normal form
|
|
Apakah ada atribut yang
memiliki nilai ganda untuk satu instance dari suatu entitas?
|
Ya: Hilangkan atribut yang
berulang dan grup yang berulang. Buat entitas yang menggambarkan atributatributnya.
Biasanya diperlukan penanmbahan relasi untuk menghubungkan entitas baru dan
lama.
Tidak : Model data ada dalam
bentuk 1NF (1 Normal Form)
|
1 Normal Form
|
|
Apakah identifier terdiri
dari lebih dari satu atribut? Jika ya. Apakah nilai atribut tergantung hanya
pada satu bagian dari identifier
|
Ya: Hilangkan ketergantungan
parsial. Hilangkan atribut suatu entitas dimana nilai-nilai mereka tergantung
pada ke semua identifier. Biasanya diperlukan penanmbahan relasi untuk
menghubungkan entitas baru dan lama.
Tidak: Model data dalam bentuk
2NF (2 Normal Form)
|
2 Normal Form
|
|
Apakah ada nilai-nilai
atribut yang tergantung pada entitas yang bukan identifier?
|
Ya: Hilangkan ketergantungan
transitif atau entitas turunan. Pindahkan atribut ke entitas dimana atrinut
tersebut bergantung pada identifier. Biasanya diperlukan penanmbahan relasi
untuk menghubungkan entitas baru dan lama.
Tidak : Model data ada dalam
bentuk 3NF (1 Normal Form)
|
3 Normal Form
|
Unnormalized
Entity
Mulai
dengan entitas dari model data logic

First
Normal Form (1NF)
Cari kelompok-kelompok entitas yang
berulang dan pisahkan ke dalan entitas yang berbeda.

Second
Normal Form (2NF)
Jika ada entitas yang memiliki identifier
gabungan, cari atribut yang hanya bergantung pada identifier . Jika ditemukan pindahkan
ke entitas baru.

Third
Normal Form (3NF)
Cari atribut yang bergantung hanya pada
atribut lain yang bukan merupakan identifier. Jika ditemukan pindahkan menjadi entitas
baru, juga pindahkan atribut-atribut yang dirasa perlu dipindahkan.

Menyeimbangkan
ERD dengan DFD
Semua aktifitas analisa merupakan
aktifitas-aktifitas yang saling berkaitan, termasuk proses modelling dan data
modelling. Proses model akan berisi dua hal data floe dan data store. Komponen
data dalam DFD ini harus diseimbangkan dengan ERD dimana Data store
diseimbangkan dengan entitas dan elemen data diseimbangkan dengan atribut.
Untuk mempermudah, banyak tool CASE yang menyediakan fitur untuk mengecek
ketidakseimbangan.
BAB 11
DESAIN SISTEM
11.1
FASE DESAIN
Fase desain adalah fase dimana
didefinisikan bagaimana akan membangun sistem.Pada tahapan ini setail dari
deskripsi teknikal tentang bagaimana membangun sistem didefinisikan. Biasanya
orang mengatakan hasil dari fase desain adalah spesifikasi sistem. Spesifikasi
sistem adalah produkakhir dari fase desain, yang menjelaskan dengan tepat
perancangan sistem seperti apa yang akan diimplementasikan oleh tim desain selama
fase implementasi.
Langkah-langkah
Fase Desain:
Adapun langkah-langkah fase desain dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a.
Menyajikan alternatif desain
(membuat sendiri, membeli atau outsorcing)
b.
Mengubah proses-proses logik
dan model data ke dalam model fisik
c.
Merancang arsitektur sistem
d.
Membuat pemilihan hardware dan
software
e.
Merancang bagaimana data akan
disimpan
f.
Mendesain program untuk proses
yang bersesuaian
g.
Membuat spesifikasi sistem
Dalam fase desain sebaiknya dihindari
kesalahan-kesalahan klasik seperti :
a.
Pengurangan waktu perancangan
b.
Penambahan fitur dari apa yang
sudah ditentukan dalam fase analisis
c.
Mengganti tool dan teknologi
pada pertengahan proyek.
11.2
STRATEGI DESAIN
Ada 3 strategi umum yang biasa dipakai
dalam pengembangan sistem:
a.
Custom development : membangun sistem dari nol dalam rumah produksi sendiri
b.
Membeli paket software dan melakukan beberapa kostumisasi
c.
Melakukan outsorcing ke
pihak ketiga.
Costum
development
Strategi desain ini punya satu keunggulan
utama, yaitu biaya pengembangannya dapat kita kendalikan sendiri dan relatif mudah.
Rincian kelebihan dan keunggulannya adalah :
Kelebihan:
a.
Tingkat fleksibilitas dan
krearifitas lebih tinggi
b.
Cocok dan konsisten dengan
teknologi dan standar yang ada
c.
Bisa membangun kemampuan dan
pengetahuan fungsional dari tenaga kerja yang kita miliki.
Kekurangan
:
a.
Membutuihkan waktu dan usaha
yang signifikan
b.
Mungkin membutuhkan keahlian
atau pengetahuan fungsional yang belum dikuasai
c.
Kadang-kadang biaya bisa
membengkak
d.
Sering membutuhkan waktu lebih
banyak dari jadwal yang telah tersedia.
e.
Ada resiko kegagalan proyek.
Pembelian
software Paket
Saat ini telah tersedia berbagai software
paket untuk banyak kebutuhan bisnis. Dalam paket software, program yang digunakan
telah dites dan diujikan serta bisa menghemat waktu dan biaya pengembangan.
Tetapi software paket sangat jarang sesuai 100% dengan kebutuhan bisnis. Untuk
mengatasi ini beberapa software paket memungkinkan user untuk melakukan kostumisasi.
Kelemahan utamanya adalah paket software bisa jadi tidak bisa diintegrasikan
dengan sistem yang sudah ada jika dikembangkan oleh perusahaan yang berbeda.
Outsourcing
Outsourcing adalah menyewa vendor luar,
developer atau service provider untuk menyelesaikan tahapan desain . Keuntungan
utama alah mengurangi waktu produksi dan ada nilai tambah diantaranya bisa
menerima lebih banyak proyek dalam periode yang sama dan melakukan outsourcing
pada pihak-pihak ketiga. Tetapi strategi ini ada beberapa resikonya, diantaranya:
a.
Kehilangan informasi penting
b.
Kehilangan kendali akan
pengembangan di masa depan
c.
Kehilangan kesempatan untuk belajar
Beberapa pedoman yang perlu diperhatikan
untuk melakukan outsourcing adalah:
a.
Pelihara jalur komunikasi tetap
terbuka dengan pihak ketiga.
b.
Definisikan dan stabilisasi
requirement sebelum menandatangani kontrak
c.
Pandang kerjasama sebagai
hubungan partnership
d.
Pilihlah vendor, developer dan
service provider dengan hati-hati
e.
Tugaskan seseorang untuk
memelihara kerjasama
f.
Jangan melakukan outsourcing
apa yang tidak kita mengerti
g.
Tekankan pada requirement yang
fleksibel, hubungan jangka panjang dan kontrak jangka pendek.
Memilih
strategi desain
Dalam memilih strategi desain,
pertimbangkan hal-hal berikut ini :
a.
Kebutuhan bisnis
b.
Pengalaman sendiri
c.
Kemampuan proyek
d.
Manajemen proyek
e.
Frame waktu yang tersedia
Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel
berikut ini :
|
Custom
Development
|
Software
|
Paket Outsourcing
|
Business
need
|
kebutuhan bisnis
unik
|
kebutuhan bisnis
umum
|
Kebutuhan
bisnis bukan
core/inti dari
bisnis
|
In-house
experience
|
Tenaga terlatih dan
berkemampuan
baik banyak
dimiliki
|
Ikemampuan standar
untuk kostumisasi
dimiliki
|
SDM dengan
Kemampuan
teknis yang
terlatih tidak
dimiliki
|
Project skills
|
Punya keinginan
ingin meningkatkan
Skill SDM yang
Dimiliki
|
Skill bukan hal atau
isu yang
strategis
|
Outsourcing
adalah
keputusan
strategis
|
Project
management
|
Memiliki manajer
proyek yang handal
dan teknologi yang
telah terbukti
|
Manajer proyek bisa
mengkoordinasikan
usaha-usaha dari
vendor
|
Proyek manajer
berkemampuan
tinggi pada
level
manajemen
tertentu level
|
Time frame
|
Waktu yang
tersedia fleksibel
|
Waktu yang tersedia
pendek
|
Waktu yang
tersedia bisa
pendek bisa
panjang
|
BAB 12
DISAIN ARSITEKTUR
12.1
Desain Arsitektur
Desain arsitektur adalah perencanaan
bagaimana sistem akan di distribusikan di antara komputer-komputer yang ada dan
software dan hardware apa yang akan digunakan untuk masing-masing komputer.
Dalam desain arsitektur ada 2 hal yang perlu diperhatikan:
a.
Spesifikasi dari software dan
hardware
b.
Deskripsi detail dari komponen
software/hardware untuk mempermudah pihak yang akan membeli software/hardware
tersebut.
12.2
Elemen dari desain arsitektur
Dari sudut pandang software komponen
arsitektural dapat dibagi menjadi:
Data Storage : komponen yang digunakan untuk menyimpan data
Data access logic: prosedur yang digunakan untuk mengakses data yang disimpan dalam
data storage.
Application Logic: bagian logika pemrosesan dalam lapis aplikasi
Presentation Logic : komponen pemrosesan tampilan dan perintah dari user.
12.3
Tujuan desain arsitektur
Tujuan dari desain arsitektur adalah untuk menentukan
komponen software mana yang akan di-assign ke hardware yang tersedia. Adapun
pilihan hardware yang tersedia adalah:
Klien
:
Input/output device yang dioperasikan oleh
user PC. Laptop, peralatan mobile, telepon selular
Pilihan untuk Klien:
a.
Terminal
b.
Microcomputer
c.
Minicomputer
Server:
Komputer lebih canggih untuk menyimpan
software Bisa diakses oleh banyak user. Pilihan untuk server :
a.
Mainframe
b.
Microcomputer (PC)
c.
Terminal khusus seperti ATM,
kiosk dll
12.4
Pilihan arsitektur
a.
Server-Based Architecture

Pada arsitektur jenis ini, 4 komponen
software diletakkan pada bagian yang sama yaitu server. Terminal yang tersedia
hanya digunakan sebagai dumb terminal, perpanjangan layanan dari server saja.
Pada arsitektur ini data relatif aman tetapi beban kerja server sangat berat,
karena semua komponen dijalankan di server.
b.
Client-Based Architecture

Pada arsitektur ini, server hanya berperan
sebagai data storage. Komputer klien yang digunakan untuk mengolah data yang dikirim
oleh server. Beban kerja server sangat ringan tetapi keamanan data sangat
tergantung kinerja dari klien.
c.
Client-Server Architecture (Two-Tiered)

Pada arsitektur ini data dan prosedur
pengaksesan data dilayani oleh server dan masalah tampilan dan logika aplikasi
dilayani oleh user. Pada arsitektur ini keamanan data cukup terjamin karena
prosedur bagaimana mengakses data oleh klien ditangani oleh server. Arsitektur
ini biasa disebut arsitektur 2-tier.
Keuntungan
1.
Scalable
2.
Meningkatkan modularitas dari
sistem berbasisweb
3.
Tidak ada titik pusat kegagalan
Kelemahan
1.
Kompleksitas
2.
Perlu bahasa dan teknik
pemrograman baru
3.
Lebih kompleks untuk di update
d.Three-Tiered
Client-Server Architecture

Pada arsitektur ini ditambahkan hardware
untuk menjalankan lapis apllication logic, sehingga keamanan pengaksesan data menjadi
lebih terjamin.
BAB 13
HIRARCHY INPUT OUTPUT CHART (HIPO)
HIPO merupakan teknik untuk
mendokumentasikan pengembangan suatu sistem yang dikermbangkan oleh IBM. HIPO
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dari beberapa pemakai yang
menggunakannya untuk kepentingan yang berbeda-beda. Antara lain sebagai
berikut:
a.
Seorang manajer dapat
menggunakan dokumentasi HIPO untuk memperoleh gambara umum sistem
b.
Seorang programmer
menggunakannya untuk menentukan fungsi-fungei dalam program yang dibuatnya.
c.
Programmer juga dapat
menggunakan dokumen ini untuk mencari fungsi-fungsi yang dimodifikasi dengan cepat
Teknik ini mempunyai beberapa tujuan utama.
Pertama dapat dibuat sebuah struktur yang menggambarkan hubungan antar fungsi dalam
program secara hirarkis. Perhatikan gambar
berikut ini:
|
Gambar 13.1 Diagram DIV dari HIPO
Sasaran kedua adalah untuk menentukan
fungsi-fungsi apa saja yang harus ada dalam sistem yang dikembangkan. Dari
gambar diatas terlihat jelas fungsi apa saja yang harus dibuat. Sasaran
ketiga adalah untuk mendapatkan gambaran
input dari fungsi dan output apa yang dihasilkan. Sebagai contoh perhatikan modul
fungsi no 3. Diagram HIPO yang bisa dibuat sebagai berikut:
![]() |
Gambar 13.2 Diagram Ringkas
13.2
Jenis Diagram HIPO
Paket HIPO terdiri dari 3 jenis diagram
yaitu diagram daftar isi visual (Visual Table of content). Diagram Ringkas
(Overview diagram) dan diagram rinci (detail diagram)
Daftar
Isi Visual (DIV)
Diagram ini memuat semua modul yang ada
dalam sistem berikut nama dan nomornya, yang nantinya akan diperinci dalam
diagram ringkas dan diagram rinci. Dalam DIV juga bisa dilihat fungsi-fungsi
utama yang menyusun sebuah sistem dan hubungan antar fungsi tersebut.
Diagram
Ringkas
Diagram Ringkas menerangkan input, proses
dan output dari sistem. Diagram ringkas menggambarkan input dan output dari fungsi-fungsi
yang telah didefinisikan dalam Daftar Isi Visual. Perhatikan gambar 13.2 untuk
contoh sebuah diagram ringkas.
Diagram
Rinci
Diagram Rinci HIPO digunakan untuk
memperinci input, proses dan output yang telah digambarkan dalam diagram ringkas.
Input data dijelaskan field-field datanya secara detail. Untuk Fungsi, juga
dideskripsikan proses apa yang dilakukan oleh fungsi-fungsi tersebut. Rincian
field-field data output juga dijelaskan dengan lebih detail.
![]() |
|||||
![]() |
|||||
|
|||||


|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|
|
|||||||||
BAB 15
PEDOMAN DESAIN INTERFACE
User
interface desain
a.
Beberapa aplikasi akan memiliki
user interface yang sederhana, yang lain akan memiliki user interface yang
kompleks.
b.
Akan ada 1 user interface untuk
setiap pengguna
c.
Tujuan dari UI adalah untuk
memungkinkan user menjalankan setiap tugas dalam user requirement
d.
Jadi dalam membangun sebuah
user interface harus berdasar pada User Requirement
Prinsip-pronsip
user interface yang baik:
a.
UI yang baik tidak mengharuskan
pengguna untuk mengingat tampilan UI
b.
UI menampilkan apa yang
dimengerti oleh user atau visualisasi dari keadaan dari sistem sekarang.
c.
hal yang harus dihindari :
d.
menampilkan terlalu banyak
informasi dan terlau banyak pilihan
e.
Menampilkan terlalu sedikit
informasi, terlalu sedikit pilihan dan tanpa konteks
f.
Eksploitasi struktur menu
standar yang sudah familiar dengan software yang sering digunakan user.
BAB 16
IMPLEMENTASI SISTEM
16.1
Implementasi sistem
Tahapan implementasi sistem dapat terdiri
dari langkahlangkah berikut ini:
a.
Menerapkan rencana implementasi
b.
Melakukan kegiatan implementasi
c.
Tindak lanjut implementasi
16.1.1
Menerapkan rencana implementasi
Supaya kegiatan implementasi nantinya dapat
beroperasi sesuai dengan yang diharapkan, maka suatu rencana implementasi . Sehingga
rencana implementasi merupakan kegiatan awal dari tahap implementasi sistem.
Rencana implementasi dimaksudkan untuk mengatur biaya dan waktu yang dibutuhkan.
Dalam tahapan ini biaya yang dibutuhkan dikalkulasi dalam bentuk anggaran
biaya. Angggaran biaya inilah yang digunakan untuk kendali terhadap biaya-biaya
yang dikeluarkan. Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tahapan-tahapan
pekerjaan juga perlu ditentukan disini. Lebih
jauh tentang penjadwalan akan di bahas pada modul tersendiri.
16.1.2
Kegiatan Implementasi
Kegiatan implementasi dilakukan dengan
dasar kegiatan yang sudah direncanakan dalam rencana implementasi. Kegiatan yang
dilakukan dalam tahapan implementasi adalah :
a.
Pemilihan dan pelatihan
personil
b.
Pemilihan tempat dan instalasi
perangkat lunak dan perangkat keras.
c.
Pemrograman dan pengetesan
program
d.
Pengetesan sistem
e.
Konversi sistem.
16.1.3
Pemilihan dan pelatihan personil
Personil yang dipilih dapat berasal dari 2
sumber yaitu karyawan yang telah ada dari perusahaan atau calon karyawan yang
berasal dari luar.
Pelatihan
karyawan
Ada beberapa pendekatan pelatihan yaitu:
a.
Ceramah/seminar
b.
Pelatihan prosedural
c.
Pelatihan tutorial
d.
Simulasi
e.
Latihan langsung di pekerjaan
(on-the-job-training)
16.1.4
Pemilihan tempat dan instalasi perangkat lunak dan perangkat keras.
Jika peralatan baru akan dimiliki, maka
tempat atau ruangan untuk hardware baru harus juga dipersiapkan. Sistem yang besar
membutuhkan tempat dan lingkungan yang harus diperhitungkan, misalnya dengan
pemasangan AC, penerangan, pendeteksi kebakaran, UPS, telepon dan lain
sebagainya. Langkah selanjutnya adalah menginstall harware dan softwarenya.
16.2
Pengetesan Sistem
16.2.1
Filosofi testing
Sangat berbahaya hanya mengetes modul-modul
awal tanpa perencanaan testing secara keseluruhan. Akan cukup sulit untuk untuk
menghasilkan serangkaian urutan kejadian yang menyebabkan error Testing harus
dilakukan secara sistematis dan hasilnya didokumentasikan dengan cermat.
16.2.2
Kategori testing
1.
Stub testing
Tes struktur kendali sebelum semua modul dituliskan

2.
Unit testing Tes setiap modul untuk
menjamin setiap modul menjalankan fungsinya dengan baik. Ada 2 metode untuk
melakukan unit testing yaitu :
Black Box Testing
Terfokus pada
apakah unit program memenuhi requirement yang disebutkan dalam spesifikasi.
White-Box Testing
Melihat ke dalam
modul untuk meneliti kode-kode program yang ada, dan menganalisa apakah ada
kesalahan atau tidak.
3.
Integration testing Tes interaksi dari
modul-modul untuk menjamin bahwa mereka bekerja dengan baik. Integration test
terdiri dari serangkaian tes sebagai berikut:
Ujicoba Antarmuka
Ujicoba setiap
fungsi dari interface
Ujicoba skenario pengguna
Pastikan setiap
skenario berjalan dengan baik
Ujicoba aliran data
Uji setiap
proses dalam langkah per-langkah
Ujicoba interface sistem
Pastikan data
mengalir antar proses
4.
System testing Tes untuk menjamin
softare bekerja dengan baik sebagai bagian dari keseluruhan sistem.
5.
Requirements Testing Pastikan bahwa
integrasi sistem tidak menyebabkan kesalahan.
Tes ini terdiri dari serangkaian testing
yaitu:
Usability
Testing
Uji bagaimana sistem sudah bebas dari
kesalahan dan mudah digunakan
Security
Testing
Pastikan fungsi-fungsi keamanan berjalan
dengan baik
Performance
Testing
Pastikan bahwa sistem bekerja dengan baik
pada aktivitas pekerjaan dengan volume besar
Documentation
Testing
Uji apakah dokumen yang dihasilkan sudah
benar dan sesuai dengan yang dibutuhkan
Acceptance
testing
Tes untuk menjamin bahwa sistem telah
melayani kebutuhan organisasi
1.
Alpha Testing Tes ini dilakukan
oleh user untuk menjamin bahwa mereka menerima sistem, tes dilakukan dengan
menggunakan data tes .
2.
Beta Testing Pengujian dengan
menggunakan data riil, bukan data tes. User sesungguhnya memonitor kesalahan
yang terjadi atau perbaikan yang dibutuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar